Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dukung Bursa Karbon RI, Ini Langkah Anak Usaha Pertamina Kurangi Emisi

Kompas.com - 02/10/2023, 18:21 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Dengan dibukanya bursa karbon Indonesia beberapa waktu lalu, PT Pertamina International Shipping juga turut mendukung pengurangan emisi karbon untuk bersama-sama melawan krisis iklim dengan sejumlah upaya.

Hal itu disampaikan CEO Pertamina International Shipping Yoki Firnandi dalam diskusi bertajuk “Decarbonize the Transport and Logistic Sectors” di rangkaian acara Katadata Sustainability Action for The Future Economy (SAFE) 2023, Selasa (26/9/2023) lalu.

Menurut Yoki, data United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) menyebutkan industri shipping atau perkapalan dunia berkontribusi hingga 3 persen dalam emisi karbon.

Sementara, Organisasi Maritim Internasional atau IMO (International Maritime Organization) juga telah mengeluarkan peta jalan untuk pengurangan emisi karbon dunia sebesar 30 persen di 2030, lalu bertahap menjadi 80 persen di 2040 dan nol emisi karbon di 2050.

Baca juga: Perusahaan Tambang Mulai Beli Unit di Bursa Karbon

Untuk itu, Pertamina International Shipping menyusun peta jalan sesuai dengan regulasi termasuk untuk mewujudkan target net zero emission pemerintah Indonesia pada 2060.

Langkah nyata yang telah dilakukan antara lain adalah pemanfaatan kapal dual fuel atau berbahan bakar ganda yang lebih ramah lingkungan.

Di samping itu, penerapan teknologi efisiensi energi pada armada dan aset-aset PIS juga menjadi upaya penting untuk menekan jejak karbon.

“PIS juga memiliki kapal gas yang bisa mengangkut kargo ammonia, dan juga kapal-kapal yang bisa mengangkut petrochemical dan kargo selain turunan migas, ini adalah bukti PIS mengakomodir rantai pasok energi masa depan,” kata Yoki melalui keterangan pers, Senin (2/10/2023).

Baca juga: Dukung Bursa Karbon, BNI Borong 40.000 Unit

Tantangan penurunan emisi

Ia melanjutkan, ada empat tantangan dalam penurunan emisi di sektor logistik maritim.

Pertama adalah soal ketersediaan teknologi, kedua terkait kesediaan konsumen menanggung biaya.

Ketiga mengenai akses pendanaan atau mobilisasi finansial kepada pelaku industri, dan terakhir, keempat, adalah kepastian dan kejelasan regulasi.

Seperti diketahui, pekan lalu Presiden Joko Widodo (Jokowi) meluncurkan bursa karbon Indonesia di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Presiden mengatakan keberadaan Bursa Karbon Indonesia ini, merupakan bentuk kontribusi nyata Indonesia terdapat upaya menangani dampak dari perubahan iklim.

“Ini adalah kontribusi nyata Indonesia untuk berjuang bersama dunia melawan krisis iklim, melawan krisis perubahan iklim, di mana hasil dari perdagangan ini akan direinvestasikan kembali pada upaya menjaga lingkungan, khususnya melalui pengurangan emisi karbon,” ujar Presiden Jokowi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com