Ini lantaran adanya kebutuhan untuk program implementasi biodiesel yang meningkat sebesar 48 persen lalu diikuti oleh oleochemical sebesar 10 persen, dan pangan sebesar 5 persen setiap tahunnya.
"Tahun ini tercatat bahwa untuk pertama kalinya konsumsi biodiesel yakni sebesar 10,6 juta ton lebih tinggi dari konsumsi pangan 10,3 juta ton," tutur Joko.
Baca juga: Pengusaha Sawit Keberatan dengan Aturan Wajib Parkir DHE
Dari pasar internasional, kebutuhan ekspor juga sudah mulai kembali normal ke berbagai negara di luar Uni Eropa seperti India, China, Pakistan. Hal ini tentunya juga mendorong peningkatan produksi kelapa sawit dalam negeri.
Menurut Joko, tantangan industri kelapa sawit kian pelik. Usia rata-rata tanaman kelapa sawit yang sudah menua sehingga diperlukan penanaman kembali sebagai upaya meningkatkan produktivitas tanaman di tengah keterbatasan lahan akibat moratorium.
Selain itu, industri kelapa sawit harus menghadapi persoalan tumpang tindih kawasan hutan di tengah tuntutan keberlanjutan yang begitu besar.
"Indonesia tidak memiliki pilihan lain selain meningkatkan produksi untuk memenuhi ambisi B50/B100 serta memenuhi kebutuhan global," ucap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.