Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis EBT Menjanjikan di Masa Depan, Bagaimana Prospek Saham PGEO?

Kompas.com - 04/02/2024, 22:00 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Energi baru terbarukan (EBT) dinilai memiliki potensi yang menjanjikan untuk menjadi bisnis masa depan.

Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto mengatakan, pasalnya hal ini sejalan dengan target pemerintah Indonesia untuk merealisasikan green economy dan zero carbon.

Myrdal menilai perusahaan seperti PT Pertamina Geothermal Energy Tbk pun memiliki prospek yang bagus karena memiliki lini bisnis di bidang EBT, terlebih dengan masuknya PGEO ke dalam indeks LQ45 belakangan ini.

"Pertamina Geothermal Energy saya lihat performa bisnisnya baik ya dari tahun lalu. Ini kalau kita lihat dari 2022 juga berkesinambungan. Perkembangan dari ekspansi bisnis cukup kuat, terutama eksplorasi sumber energi baru dan hijau," ujarnya dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu (4/2/2024).

Baca juga: Energi Hijau Makin Dilirik, Pertamina Geothermal Bisa Makin Cuan Lewat Bursa Karbon  

Di sisi lain, menurut Myrdal, pergerakan saham PGEO juga menarik karena bertahan di level tinggi. Pada tahun lalu pergerakannya stabil di atas Rp 1.000 dan cenderung akan menuju ke angka Rp 1.600 per lembar saham.

"Apalagi kondisi pasar global yang cukup kondusif pada penurunan suku bunga Federal Reserve System (The Fed). Selain itu, masuknya PGEO ke Indeks LQ45 membuatnya menjadi saham yang benefit dan tentunya akan menambah kepercayaan bagi investor global untuk masuk ke PGEO," ucapnya.

Menurutnya, LQ45 merupakan kelompok saham prestisius yang memberikan keuntungan bagi investor.

Masuknya PGEO ke dalam indeks ini, kata Myrdal, dapat meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan investor global terhadap PGEO. Hal ini membuka peluang bagi PGEO untuk menarik lebih banyak investor dan meningkatkan pendanaan, sehingga memperkuat posisi PGEO dalam mengembangkan energi panas bumi dan berkontribusi pada transisi energi nasional.

Baca juga: Saham PGEO Berpotensi Positif di Tengah Transisi Energi

 


Meski demikian, Myrdal melihat PGEO memiliki kebutuhan ekspansi yang cukup kuat. Namun, iklim suku bunga global dan nasional sulit turun karena ketidakpastian kebijakan The Fed dalam menurunkan suku bunga acuan global.

"Jika ke depan melakukan ekspansi maka harus konsisten untuk mendorong bisnis green economy, misalkan geothermal, hidro, atau cahaya. Karena PGEO kepanjangan dari pemerintah dan kita harapkan untuk tetap fokus on track," tuturnya.

Sebagai informasi, hingga saat ini baru ada dua emiten panas bumi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu PGEO selaku anak usaha PT Pertamina (Persero), serta PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).

Sebagai tambahan informasi, PGEO mencatat peningkatan laba bersih sebesar 19,7 persen year-on-year pada kuartal III-2023, dari 111,4 juta dollar AS menjadi 133,4 juta dollar AS atau Rp 25 triliun (dengan kurs Rp 15.487 per dollar AS).

Dari sisi pendapatan, perusahaan geothermal milik negara ini melaporkan kenaikan dari 287,4 juta dollar AS menjadi 308,9 juta dollar AS atau Rp 4,7 triliun year-on-year.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com