Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saham PGEO Berpotensi Positif di Tengah Transisi Energi

Kompas.com - 25/12/2023, 11:52 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Head of Research PT Yuanta Sekuritas Indonesia Chandra Pasaribu menilai kinerja PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) berpotensi akan positif di tengah upaya transisi ke energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.

"Kalau kita bicara secara fundamental, dalam posisi PGEO sebagai emiten sektor energi panas bumi, tentu saja tidak ada masalah. Sama sekali tidak ada masalah. everything is good, and it’s going to get even better in the next five to seven years," ujar Chandra, dikutip dari Antaranews, Senin (25/12/2023).

Menurut Chandra, proyeksi positif saham PGEO tidak terlepas dari tren pemerintah yang mulai menginisiasi agar masyarakat dapat berpindah untuk memanfaatkan energi hijau (EBT).

Baca juga: PGEO Targetkan Pengelolaan Panas Bumi Capai 1 GW pada 2025

Upaya Pertamina untuk menghasilkan energi hijau dari panas bumi atau geothermalDOK. Humas Pertamina Upaya Pertamina untuk menghasilkan energi hijau dari panas bumi atau geothermal

"Dengan begitu, kalau kita bicara in fundamental case, of course investasi di perusahaan green energy semacam PGEO adalah pilihan yang tepat," ujar Chandra.

Hingga saat ini, baru ada dua emiten panas bumi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu PGEO selaku anak usaha PT Pertamina (Persero), serta PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).

Menurut Chandra, secara fundamental PGEO memiliki prospek cerah dalam beberapa tahun ke depan, seiring dengan usaha pemerintah dalam mempercepat proses transisi energi ke EBT di Indonesia.

Namun demikian, Ia mengingatkan, bahwa potensi yang bagus tersebut tidak bisa begitu saja disampaikan kepada investor tanpa melihat preferensi dari pelaku pasar.

Baca juga: Analisis dan Rekomendasi Saham PGEO, Masih Layak Koleksi?

Adapun, yang dimaksud Chandra adalah perbedaan cara pandang antara investor ritel dengan investor institusi, dimana terdapat perbedaan cara pandang yang sangat mendasar diantara dua jenis pelaku pasar itu.

“Kalau kita bicara ke investor ritel, mereka memiliki horizon investasi pendek sehingga terkadang bisa mengabaikan sisi fundamental. Sebaliknya, investor institusional memiliki orientasi investasi jangka menengah hingga panjang, sehingga perlu membatasi risiko investasinya dengan melihat fundamental,” ujar Chandra.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com