Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aris Marfai
Kepala Badan Informasi Geospasial

Professor Geografi

Potensi Industri Geospasial di Asia

Kompas.com - 20/03/2024, 17:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA 6-7 Maret lalu, saya berkesempatan menjadi salah satu keynote speaker pada event conference dan pameran teknologi geospasial terbesar di Asia, yang diselenggarakan di Singapura.

Event itu bernama Geo Connect Asia, agenda tahunan yang rutin diselenggarakan selama 4 tahun terakhir.

Semakin tahun even ini semakin besar, dengan keikutsertaan industri berbasis geospasial yang semakin banyak dan beragam. Hal ini dapat digunakan sebagai salah satu indikator pertumbuhan industri geospasial di kawasan Asia.

Terdapat lebih dari 3000 pengunjung dan 85 pembicara dari berbagai kalangan, termasuk dari pemerintah, akademisi, peneliti, industri, komunitas serta pemerhati teknologi geospasial.

Terdapat lebih dari 100 stands pameran dari industri geospasial, baik dari matra darat, laut maupun udara.

Industri yang bergerak dalam penyediaan data resolusi skala kecil hingga skala besar, dan industri untuk tujuan survei pemetaan, pertanian, pertambangan, kesehatan, konstruksi, hingga pertahanan keamanan. Semua terkait teknologi berbasis lokasi atau teknologi geospasial.

Industri geospasial di masa yang akan datang masih akan tumbuh dengan sangat menjanjikan. Rata-rata pertumbuhan bisnis dan industri geospasial di dunia mencapai 24 persen dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.

Menurut riset Modor Intelligence, pertumbuhan bisnis dan industri geospasial mencapai lebih dari 50 miliar dollar AS pada 2023 dan diprediksikan akan terus meningkat hingga lebih dari 120 miliar dollar AS pada 2028.

Pertumbuhan bisnis dan industri geospasial tercepat di dunia berada di kawasan Asia-Pasifik.
Industri geospasial yang maju di berbagai negara di kawasan Asia dan Pasifik dipengaruhi tingginya indeks kesiapan pengembangan infrastruktur geospasial dari tiap negara.

Indeks tersebut meliputi kerangka kebijakan yang terpadu terkait dukungan terhadap industri geospasial, ketersediaan fondasi data yang kuat, adanya kemitraan dan kolaborasi antarstakeholders, inisiatif dan leadership industri geospasial, adanya kekuatan analitis, aplikatif dan pemodelan serta berkembanganya dimensi geospasial dalam infrastruktur digital.

Singapura menempati posisi tertinggi di kawasan Asia Pasifik dan posisi ke 8 di seluruh dunia untuk ranking indeks kesiapan pengembangan infrastruktur geospasial. Australia dan China masing-masing berada di peringkat ke 11 dan 12 di seluruh dunia.

Sedangkan Indonesia berada di peringkat 33 di seluruh dunia, sedikit di atas Filipina dan Malaysia yang menempati peringkat 34 dan 35, serta Thailand yang berada di peringkat ke 41.

Indonesia sebagai salah satu negara besar di kawasan Asia Pasifik perlu berperan lebih strategis lagi.

Pemerintah Indonesia mempunyai peranan penting sebagai presidensi dalam United Nations Global Geospasial Information Management for Asia and The Pasific Region (UN GGIM AP).

UN GGIM AP merupakan salah platform dan forum bersama para agensi pemerintah yang menyelenggarakan dan mengelola informasi geospasial.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com