Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Strategi BI Lindungi Rupiah dari Tekanan Dollar AS

Kompas.com - 04/04/2024, 07:00 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) menyadari, nilai tukar rupiah tengah tertekan oleh dollar AS. Hal ini dipicu oleh sentimen negatif dari dalam dan luar negeri.

Mengacu data BI Jisdor, kurs rupiah berada pada level Rp 15.934 per dollar AS pada Rabu (3/4/2024) kemarin. Posisi ini lebih rendah dibanding Selasa (2/4/2024) lalu sebesar Rp 15.909 per dollar AS.

Sementara itu berdasarkan data Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup pada level Rp 15.920 per dollar AS. Nilai ini melemah sekitar 0,14 persen dibanding posisi pembukaan Rabu.

Merespons pelemahan tersebut, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Edi Susianto mengatakan, bank sentral akan memastikan keseimbangan pasokan dan permintaan valuta asing (valas). Menurutnya, saat ini pasokan valas masih bisa dipenuhi oleh pasar.

"Yang penting keseimbangan supply demand valas di market masih dalam kondisi terkendali, dimana supply valas dari eksportir masih support di pasar," kata dia, kepada Kompas.com, dikutip Kamis (4/4/2024).

Baca juga: Rupiah Tertekan Hingga Dekati Rp 16.000 per Dollar AS, BI Beberkan Penyebabnya

Pada saat bersamaan, BI dipastikan siap untuk melakukan intervensi di pasar keuangan. Hal ini ditempuh untuk memastikan keseimbangan antara pasokan dan permintaan valas.

"Ini agar confidence pelaku pasar masih terus terjaga," katanya.

Edi bilang, kebutuhan dollar AS di dalam negeri saat ini tinggi, seiring dengan siklus repatriasi. Hal ini kemudian menjadi salah satu pemicu pelemahan rupiah.

Baca juga: Dekati Rp 16.000 Per Dollar AS, Nilai Tukar Rupiah Jatuh ke Level Terendah dalam 4 Tahun


Kemudian, terdapat juga tren aliran modal asing keluar atau capital outflow dari pasar keuangan RI. Tercatat pada kuartal pertama tahun ini terjadi capital outflow sebesar 1,7 miliar dollar AS.

"Data inflasi Maret yang lebih tinggi dari ekspektasi juga mendorong pelemahan rupiah," ujarnya.

Secara umuk, Edi menyebutkan, pelemahan yang dialami rupiah selaras dengan depresiasi mata uang negara emerging market di Asia.

"Saya melihat pelemahan rupiah ini masih sejalan dengan pergerakan pelemahan mata uang Asia lainnya," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com