Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Indonesian Consortium for Cooperative Innovation (ICCI)
Lembaga Inovasi Perkoperasian

Indonesian Consortium for Cooperative Innovation (ICCI) merupakan lembaga inovasi perkoperasian di Indonesia. Berdiri sejak tahun 2018, ICCI berupaya mengembangkan inovasi melalui produksi pengetahuan, inkubasi model, pengembangan ekosistem dan advokasi kebijakan.

Jaringan Inovator Koperasi (JIK) merupakan komunitas epistemik yang diinisiasi dan dikembangkan oleh ICCI. Anggotanya berasal dari para peneliti, akademisi, praktisi, aktivis, mentor dan konsultan yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

ICCI dan JIK meyakini inovasi dapat meningkatkan relevansi dan keberlanjutan koperasi di tengah tantangan perubahan zaman. Ingin berkontribusi lebih, gabung bersama kami di https://jik.icci.id

Koperasi "For-Profit" dan "Not-For-Profit", Khazanah Australia Serta Refleksi Indonesia

Kompas.com - 06/04/2024, 17:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Berburu dividen pada jenis koperasi semacam itu membuat principal-agent problem menjadi berlipat ganda. Konflik kepentingan terjadi di mana anggota melalui Pengurus sebagai principal dan Pengelola sebagai agent, memiliki perspektif berbeda.

Sebagai contoh, anggota menghendaki harga layanan murah dan juga dividen tinggi. Pada koperasi dengan karakteristik non-distributif, hal tersebut kontradiktif dan tidak wajar.

Pada kasus tertentu, Pengelola sebagai agent karena berusaha mempertahankan posisi dan pekerjaannya membuat mereka berada di bawah tekanan.

Hal itu dapat mendorong mereka untuk berperilaku tidak etis, spekulatif, berisiko tinggi atau gegabah dalam mengelola investasi dan usaha.

Principal-agent problem itu muncul, misalnya, pada kasus di mana koperasi sesungguhnya merugi, namun tetap mengupayakan pembagian dividen.

Sumber dananya mereka upayakan dari aneka cara yang seringkali tidak akuntabel dan tidak wajar. Satu sisi bahwa tindakan tersebut merupakan hal yang salah. Pada sisi lain, boleh jadi paradigma serta desain organisasinya juga keliru.

Sayangnya, UU Perkoperasian kita mengisyaratkan bahwa pembagian dividen adalah normal pada semua jenis koperasi.

Artinya, meminjam terminologi Australia di atas, seluruh koperasi di Indonesia tergolong distributif atau berorientasi laba.

Hal itu terlihat pada Pasal 45 ayat 2 UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, yang menyatakan, “Sisa Hasil Usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi ....”.

Dari sanalah anggota menjadi termotivasi menuntut dividen tinggi tanpa memperhatikan karakteristik koperasinya.

Paradigma serta praktik baik Australia di atas boleh jadi perlu kita adopsi. Koperasi-koperasi yang berorientasi pada layanan tertutup dengan karakteristik non-distributif, sangat mungkin sedari awal mengatur dalam Anggaran Dasar untuk tidak membagikan dividen.

Sebaliknya, mereka akan menekan harga layanan serendah mungkin yang menjadi sumber keunggulan kompetitif koperasi.

Akumulasi dividen yang tidak dibagikan dapat menjadi sumber kekuatan dalam pengembangan usaha mereka.

Sedangkan pada koperasi-koperasi distributif, seperti produksi, pembagian dividen justru dapat menjadi salah satu indikator produktivitas usaha.

Peningkatan dividen menunjukkan usaha masih kompetitif di tengah persaingan pasar. Pembagian dividen tersebut memotivasi anggota untuk menjaga kualitas serta kuantitas pasokan, yang menjadi sumber kekuatan dalam pengembangan bisnis secara berkelanjutan.

Praktik Australia nampaknya tepat dalam mengklasifikasi koperasi ke dalam dua jenis itu. Mereka tepat dalam memahami nature of business masing-masing sektor usaha dengan desain organisasi yang sesuai atau simetris.

Sebaliknya di Indonesia yang terjadi kemungkinan justru asimetris, desain modalnya (Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib) terlihat bercorak non-distributif.

Namun ketentuan dividennya bersifat distributif, itu pun tanpa memperhatikan nature of business sektor usaha yang berbeda-beda. 

*Firdaus Putra, HC, Peneliti dan Ketua Komite Eksekutif ICCI
Novita Puspasari, Peneliti dan Kandidat Doktor Monash University, Australia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diajak Bangun Rute di IKN, Bos MRT: Masih Fokus di Jakarta

Diajak Bangun Rute di IKN, Bos MRT: Masih Fokus di Jakarta

Whats New
Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, KemenKop UKM Terus Lakukan  Sosialisasi dan Dorong Literasi

Sertifikasi Halal UMKM Ditunda, KemenKop UKM Terus Lakukan Sosialisasi dan Dorong Literasi

Whats New
Pesawat Garuda yang Terbakar di Makassar Ternyata Sewaan, Pengamat Sarankan Investigasi

Pesawat Garuda yang Terbakar di Makassar Ternyata Sewaan, Pengamat Sarankan Investigasi

Whats New
Prabowo Yakin Ekonomi RI Tumbuh 8 Persen, Standard Chartered: Bisa, tapi PR-nya Banyak...

Prabowo Yakin Ekonomi RI Tumbuh 8 Persen, Standard Chartered: Bisa, tapi PR-nya Banyak...

Whats New
Gara-gara Miskomunikasi, Petugas PT JAS Jatuh dari Pintu Pesawat di Bandara Soekarno-Hatta

Gara-gara Miskomunikasi, Petugas PT JAS Jatuh dari Pintu Pesawat di Bandara Soekarno-Hatta

Whats New
Utang Rp 14,5 Triliun untuk Bangun Rute Baru MRT Akan Dibayar Pakai APBN-APBD

Utang Rp 14,5 Triliun untuk Bangun Rute Baru MRT Akan Dibayar Pakai APBN-APBD

Whats New
Lupa Bawa Kartu? Ini Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BCA

Lupa Bawa Kartu? Ini Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu di ATM BCA

Work Smart
Alfamart soal Tukang Parkir Liar: Cuekin Aja

Alfamart soal Tukang Parkir Liar: Cuekin Aja

Whats New
Laju Kredit BTN hingga April 2024 Bergerak Menuju Target

Laju Kredit BTN hingga April 2024 Bergerak Menuju Target

Whats New
Sejak 2019, MRT Jakarta Layani 106,51 Juta Penumpang

Sejak 2019, MRT Jakarta Layani 106,51 Juta Penumpang

Whats New
Melirik Undangan Digital, Solusi Modern dan Praktis di Era Teknologi

Melirik Undangan Digital, Solusi Modern dan Praktis di Era Teknologi

Rilis
Kemenperin: Investasi China di RI Capai Rp 451,7 Triliun dalam 4 Tahun Terakhir

Kemenperin: Investasi China di RI Capai Rp 451,7 Triliun dalam 4 Tahun Terakhir

Whats New
5 Cara Transfer BRI ke DANA, Pakai HP hingga ATM

5 Cara Transfer BRI ke DANA, Pakai HP hingga ATM

Spend Smart
Standard Chartered Tunjuk Rino Donosepoetro Jadi Cluster CEO

Standard Chartered Tunjuk Rino Donosepoetro Jadi Cluster CEO

Whats New
Cara Transfer BRI ke BRI di ATM dan BRImo di HP

Cara Transfer BRI ke BRI di ATM dan BRImo di HP

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com