Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Antisipasi Dampak Ekonomi dari Konflik Iran-Israel

Kompas.com - 16/04/2024, 08:24 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) menggelar rapat terbatas usai serangan Iran ke Israel pada Senin (15/4/2024).

Rapat koordinasi ini dilakukan dengan melibatkan seluruh unsur kedeputian bersama dengan Kementerian Luar Negeri.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Perekonomian Airlangga Hartarto turut mengundang Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika (Dirjen Aspasaf), Duta Besar (Dubes) RI Amman, Dubes RI Teheran, dan Perwakilan KBRI di Beirut guna menyampaikan kondisi terkini terkait situasi di Timur Tengah, yang nantinya akan menjadi latar belakang (background) langkah-langkah yang akan diambil selanjutnya.

Baca juga: Konflik Iran-Israel, Pemerintah Pastikan Harga BBM Tak Naik hingga Juni 2024

Menteri Koordinator Perekonomian RI Airlangga Hartarto dalam acara open house di kediamannya di kawasan Widya Chandra, Jakarta Selatan, Kamis (11/4/2024)KOMPAS.com/ AGUSTINUS RANGGA RESPATI Menteri Koordinator Perekonomian RI Airlangga Hartarto dalam acara open house di kediamannya di kawasan Widya Chandra, Jakarta Selatan, Kamis (11/4/2024)

“Pelaksanaan Rapat Koordinasi ini merupakan assesment untuk upaya deeskalasi dampak konflik di kawasan Timur Tengah terhadap perekonomian Indonesia,” kata Menko Airlangga dalam keterangan tertulis, Selasa (16/4/2024).

Dubes RI di Amman (Jordania) Ade Padmo Sarwono menyampaikan perkembangan situasi di kawasannya.

Ia juga harapan perkembangan ini tidak mengalami eskalasi lantaran akan berdampak pada ekonomi negara-negara di kawasan dan termasuk berdampak ke Indonesia

“Berbagai pihak saat ini berupaya untuk meredam eskalasi konflik. Secara umum, ketegangan di kawasan meningkat, namun sejauh ini masih dapat dikelola,” kata Ade. 

Baca juga: RI Tak Impor Minyak dari Iran, tapi Ada Potensi Gangguan Rantai Pasok

Dalam kesempatan yang sama, Dubes RI Teheran (Iran) Ronny P Yuliantoro mengatakan, pemerintah perlu mengantisipasi dampak ekonomi dari konflik tersebut mengingat jalur Selat Hormuz banyak mengakomodasi puluhan ribu kapal per tahun.

“Kita perlu mengantisipasi dampak ketegangan di kawasan dan disrupsi logistik serta rantai pasok, karena pentingnya posisi dan jalur Selat Hormuz yang mengakomodasi puluhan ribu kapal per tahun,” kata Dubes Ronny.

Video yang diambil dari AFPTV pada 14 April 2024 ini menunjukkan ledakan-ledakan yang menerangi langit di Hebron, Wilayah Palestina, selama serangan Iran terhadap Israel. Garda Revolusi Iran mengonfirmasi bahwa serangan drone dan rudal sedang berlangsung terhadap Israel sebagai balasan atas serangan mematikan pada 1 April di konsulat Damaskus. AFPTV/AFP Video yang diambil dari AFPTV pada 14 April 2024 ini menunjukkan ledakan-ledakan yang menerangi langit di Hebron, Wilayah Palestina, selama serangan Iran terhadap Israel. Garda Revolusi Iran mengonfirmasi bahwa serangan drone dan rudal sedang berlangsung terhadap Israel sebagai balasan atas serangan mematikan pada 1 April di konsulat Damaskus.

Sementara itu, Dirjen Aspasaf Abdul Kadir Jailani juga turut menekankan perlunya antisipasi kemungkinan eskalasi dari situasi yang ada di kawasan pada saat ini.

Abdul Kadir juga mengatakan, semua pihak saat ini tidak menginginkan eskalasi. Namun, perlu diantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi dan dampaknya terhadap ekonomi mengingat nilai penting Selat Hormuz dan Laut Merah, serta pengaruh terhadap harga minyak dan biaya logistik.

Baca juga: Iran Serang Israel, Pertamina Jaga Stabilitas Harga BBM

Ia mengatakan, peningkatan konflik geopolitik Iran dan Israel pada akhir pekan kemarin memberi dampak terhadap kondisi perekonomian global.

Harga minyak mentah global masih berfluktuasi. Pada perdagangan (15/4/2024) harga minyak mentah jenis Brent melemah 0,18 persen (dtd) ke level 90,29 dollar AS per barrel, jauh lebih tinggi jika dibandingkan posisi 1 Januari 2024 sebesar 77,4 dollar AS per barrel, dan minyak mentah jenis WTI turun 0,28 persen ke level 85,42 USD/Barel, lebih tinggi dibandingkan posisi 1 Januari 2024 sebesar 71,65 USD/Barel.

Kemudian eskalasi konflik geopolitik tersebut juga telah membuat indeks US Dollar meningkat, yang menyebabkan melemahnya indikator finansial sejumlah negara terutama emerging market.

Mayoritas nilai tukar di Kawasan Asia Pasifik bergerak melemah terhadap US Dollar, pada Senin seperti Baht Thailand dan Won Korea terdepresiasi sebesar 0,24 persen (dtd), dan Ringgit Malaysia sebesar 0,24 persen (dtd).

Baca juga: Imbas Konflik Iran-Israel, Harga Minyak Bisa Mendidih

Mayoritas bursa di Asia Pasifik juga bergerak di zona merah. Pada Penutupan Pasar (15/04) indeks FKLCI Malaysia melemah 0,55 persen (dtd), diikuti Kospi sebesar 0,42 persen (dtd).

Untuk diketahui, Iran melancarkan serangan drone dan rudal yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada Sabtu malam.

Proksi dan sekutu Iran juga melancarkan serangan hingga membuat sirene peringatan berbunyi di banyak tempat di Israel.

Iran telah berulang kali mengancam akan menyerang Israel sebagai pembalasan atas serangan udara mematikan pada 1 April terhadap gedung konsulatnya di Damaskus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com