JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan Indonesia tidak melakukan impor minyak dari Iran meskipun kedua negara menjalin kerja sama yang baik.
Hal itu diungkapkan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji dalam webinar Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI, Senin (15/4/2024).
"Tidak ada (impor dari Iran). Walaupun kita jalin kerja sama dengan Iran, tapi tidak mudah lakukan implementasinya, jadi sampai saat ini tidak ada," ujarnya.
Baca juga: Iran Serang Israel, Sejumlah Maskapai Ubah Rute Penerbangan
Pernyataan Tutuka tersebut merespons terkait potensi ganguan rantai pasok minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM) akibat memanasnya konflik antara Iran dan Israel.
Ia menuturkan untuk minyak mentah yang diimpor Indonesia sebagian besar berasal dari Arab Saudi, Nigeria, Angola, dan Gabon.
Sedangkan untuk impor BBM berasal dari beberapa negara, terutama Singapura yang porsinya mencapai 56 persen dari total impor BBM.
Baca juga: Ini Dampak Serangan Iran ke Israel terhadap Ekonomi Indonesia
Lalu porsi terbesar kedua dari Malaysia sebesar 26 persen, serta terbesar ketiga dari India sebesar 6 persen.
Sementara untuk impor liquefied petroleum gas (LPG) terbesar berasal dari Amerika Serikat dengan porsi mencapai 45 persen, diikuti oleh Uni Emirat Arab 25 persen dan Qatar 11 persen.
Melihat negara-negara yang menjadi pemasok energi RI, seperti Amerika Serikat dan Arab Saudi, maka diakui Tutuka memiliki potensi ikut terlibat dalam konflik internasional yang dipicu oleh Iran dan Israel.
Baca juga: Iran Serang Israel, Harga Minyak Dunia Berpotensi Melonjak
Oleh karena itu, kata dia, PT Pertamina (Persero) sebagai perusahaan energi milik negara, sedang melakukan berbagai simulasi untuk mengantisipasi potensi memanasnya konflik yang bisa berdampak pada pasokan energi.
"Hal itu yang sekarang sedang disimulasikan oleh Pertamina, berbagai macam cara untuk mengantisipasi kondisi kalau terjadi eskalasi yang berlanjut," kata Tutuka.
Menurutnya, dalam menghadapi potensi eskalasi konflik, perlu dilakukan pemetaan terkait negara-negara yang menjadi pemasok energi ke Indonesia.
Baca juga: Mata Uang Iran Anjlok Usai Serangan ke Israel
Dengan pemetaan tersebut, maka perlu dipersiapkan strategi untuk mengalihkan pasokan ke sumber alternatif jika terjadi gangguan dari negara-negara pemasok utama.
"Kalau terjadi eskalasi, kita antisipasinya mengidentifikasi sumber-sumber impor kita, lalu dibelokkan ke mana gitu, dicarikan tempat lagi yang mana. Itu yang penting," pungkasnya.
Baca juga: BPS Pastikan Tidak Ada Impor Kurma dari Israel