Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Erick Thohir Minta Pertamina hingga MIND ID Borong Dollar AS, Kenapa?

Kompas.com - 18/04/2024, 19:26 WIB
Yohana Artha Uly,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta perusahaan pelat merah yang terdampak bahan baku impor dan utang luar negeri untuk mengoptimalkan pembelian dollar AS dalam jumlah besar dalam waktu singkat.

Imbauan itu ditujukan pada BUMN seperti Pertamina, PLN, MIND ID, serta BUMN yang bergerak di bidang farmasi. Hal ini merespons pelemahan rupiah terhadap dollar AS seiring dengan meningkatnya gejolak global.

"Serta (BUMN) melakukan kajian sensitivitas terhadap pembayaran pokok dan atau bunga utang dalam dolar yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat," ujar Erick dalam keterangannya, Kamis (18/4/2024).

Baca juga: Erick Thohir Sebut BUMN Ini yang Bisa Terdampak Konflik Iran-Israel

Ilustrasi mata uang dollar AS. PIXABAY/PUBLICDOMAINPICTURES Ilustrasi mata uang dollar AS.

Ia menuturkan, perusahaan pelat merah perlu mengantisipasi dampak dari gejolak ekonomi dan geopolitik dunia. Menurutnya, situasi global saat ini bergejok karena memanasnya konflik di Timur Tengah antara Iran dan Israel.

Erick menjelaskan, inflasi Amerika Serikat (AS) yang sebesar 3,5 persen membuat langkah bank sentral AS atau Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

Kondisi itu memicu penguatan dollar AS terhadap rupiah yang menjadi di kisaran Rp 16.000-16.300 per dollar AS dalam beberapa hari kebelakang. Nilai tukar ini bahkan bisa mencapai lebih dari Rp 16.500 apabila tensi geopolitik tidak menurun.

Selain itu, konflik global membuat terjadi kenaikan harga minyak WTI dan Brent yang masing-masing mencapai 85,7 dollar AS dan 90,5 dollar AS per barrel. Bahkan, beberapa ekonom memprediksi harga minyak bisa mencapai 100 dollar AS per barrel.

Baca juga: Konflik Iran-Israel, Erick Thohir Minta BUMN Lakukan Hal Ini

Erick menilai situasi ekonomi dan geopolitik tersebut sudah dan akan berdampak ke Indonesia. Dampak itu dirasakan dari keluarnya aliran modal asing atau foreign outflow yang memicu pelemehan rupiah dan naiknya imbal hasil obligasi.

Kemudian juga menimbulkan dampak semakin mahalnya biaya impor bahan baku dan pangan karena gangguan rantai pasok.

Menteri BUMN Erick Thohir saat ditemui Fairmont Jakarta, Selasa (5/3/2024)KOMPAS.com/YOHANA ARTHA ULY Menteri BUMN Erick Thohir saat ditemui Fairmont Jakarta, Selasa (5/3/2024)
"Dan ini akan menggerus neraca perdagangan Indonesia," imbuhnya.

Maka dari itu, ia menekankan, agar BUMN melakukan langkah cepat dalam meminimalisasi dampak global melalui peninjauan ulang ulang biaya operasional belanja modal, utang yang akan jatuh tempo, rencana aksi korporasi, serta melakukan uji stres dalam melihat kondisi BUMN dalam situasi terkini.

Baca juga: Akibat Konflik Iran-Israel, IMF Wanti-wanti Potensi Lonjakan Inflasi

Dalam hal ini, selain meminta sejumlah BUMN mengoptimalkan pembelian dollar AS, Erick juga meminta BUMN perbankan menjaga secara proporsional porsi kredit yang terdampak oleh volatilitas rupiah, suku bunga, dan harga minyak.

Selain itu, untuk BUMN yang berorientasi pasar ekspor seperti pertambangan MIND ID, perkebunan PTPN bisa memanfaatkan tren kenaikan harga ini untuk memitigasi tergerusnya neraca perdagangan.

Erick mengatakan, BUMN yang memiliki utang luar negeri atau berencana menerbitkan instrumen dalam dollar AS juga harus mengkaji opsi hedging untuk meminimalisasi dampak fluktuasi kurs.

"Seluruh BUMN diharapkan dapat waspada dan awas dengan memantau situasi saat ini, mengingat kemungkinan terjadi kenaikan tingkat suku bunga dalam waktu dekat," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com