Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BKKBN Sosialisasi Cegah "Stunting" melalui Tradisi dan Kearifan Lokal "Mitoni"

Kompas.com - 29/04/2024, 14:30 WIB
Wijaya Kusuma,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Upaya untuk mencegah serta menurunkan angka stunting terus digencarkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Salah satunya dengan sosialisasi cegah stunting melalui tradisi dan kearifan lokal.

Di Kota Yogyakarta, BKKBN bersama Tim Penggerak PKK mengelar kegiatan edukasi kesehatan ibu hamil dan keluarga dengan memadukan tradisi Jawa yang dikenal dengan tujuh bulanan atau mitoni. Kegiatan ini digelar di Grha Pandawa Balaikota, Kota Yogyakarta, Sabtu (27/4/2024).

Langkah ini guna menambah pengetahuan ibu hamil untuk mempersiapkan bayinya agar tidak stunting.

Di dalam sambutannya di pembukaan Acara Promosi dan KIE Pencegahan Stunting Kepada Ibu Hamil Melalui Momentum Strategis dalam Rangka Proses Budaya Adat Jawa "Mitoni", Asisten Bidang Pemberdayaan Sumber Daya Masyarakat Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta Sugeng Purwanto mengatakan dalam budaya Jawa ada tradisi yang disebut dengan Mitoni.

Upacara adat Mitoni merupakan tradisi selamatan bagi perempuam hamil saat janin dalam kandungan berusia 7 bulan.

Baca juga: Jokowi Naikkan Tukin PNS BSN dan BKKBN, Tertinggi Rp 33,24 Juta

Di dalam upacara ini dibuatlah bancakan yang berupa nasi tumpeng, dawet, rujak, telor, sayur-sayuran (gudangan), dan pisang. Menu bancakan inilah yang bisa dijadikan edukasi makanan bergizi bagi ibu hamil.

"Di Daerah Istimewa Yogyakarta tradisi Mitoni telah lama berada dalam kehidupan sebuah tradisi yang tidak hanya menghormati kehidupan yang belum lahir, tetapi juga merupakan keselarasan, kesucian dan harapan bagi masyarakat," ujar Asisten Bidang Pemberdayaan Sumber Daya Masyarakat Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta Sugeng Purwanto dalam keterangan tertulis, Senin (29/4/2024).

Sugeng menyampaikan, saat bayi dalam kandungan menginjak usia 7 bulan, tradisi ini menegaskan bahwa untuk menyambut kehidupan baru dengan sukacita dan persiapan yang matang.

"Meski tradisi, tetapi tetap perlu kiranya kita ketahui bersama bahwa masih saja terdapat masalah besar yang saat ini harus dihadapi bersama yaitu stunting," tuturnya.

Baca juga: Pemerintah Mulai Salurkan Bantuan Pangan Cegah Stunting 2024, Sasar 1,4 Juta Keluarga

Target turunkan stunting 14 persen

Diungkapkan Sugeng, angka prevalensi stunting di daerah Yogyakarta memang menunjukkan penurunan, tetapi masih jauh dari yang ditargetkan.

"Target menurunkan stunting yaitu 14 persen pada tahun 2024 mendatang adalah sebuah visi yang tidak hanya menurunkan kebijakan yang berlaku. Tetapi juga partisipasi yang aktif dari kita semua bersama," ucapnya.

Sugeng mengajak semua pihak untuk menggunakan metode sebagai platform edukasi bagi seluruh masyarakat terutama DIY. Setiap sarana dan tahapan belajar menyelipkan pesan penting mengenai kisi-kisi perawatan prematur dan pentingnya penundaan usia perkawinan.

"Tidak hanya telur yang kita bagikan, tetapi juga produk olahan pangan yang lain termasuk jajanan yang sehat sebagai pendukung pertumbuhan nutrisi yang di produksi oleh UMKM Yogyakarta dalam rangka memberdayakan potensi ekonomi lokal," ucapnya.

Baca juga: Luhut: 62 Persen Penduduk RI Hidup di Garis Pantai, Banyak Stunting di Sana

Melalui tradisi yang kaya lanjut Sugeng bisa menjadi alat program sosial yang mampu membantu kehidupan orang banyak. Dari generasi ke generasi metode di transformasi bukan hanya merayakan sebuah fase kehamilan, tetapi juga berpartisipasi dalam gerakan besar untuk meningkatkan kehidupan generasi yang akan datang.

"Dengan menggabungkan tradisi dan inovasi tidak hanya melindungi warisan budaya, tetapi juga menciptakan masa depan yg lebih bijak. Untuk itu, mari kita bergandeng tangan mengedukasi dan memberdayakan masyarakat, khususnya ibu hamil dengan pengetahuan dan sumber daya yang memadai untuk melawan stunting," tandasnya.

Baca juga: Memiliki Penampakan Minyak Makan Merah yang Bisa Mengatasi Stunting

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com