Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

BKKBN Sosialisasi Cegah "Stunting" melalui Tradisi dan Kearifan Lokal "Mitoni"

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Upaya untuk mencegah serta menurunkan angka stunting terus digencarkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Salah satunya dengan sosialisasi cegah stunting melalui tradisi dan kearifan lokal.

Di Kota Yogyakarta, BKKBN bersama Tim Penggerak PKK mengelar kegiatan edukasi kesehatan ibu hamil dan keluarga dengan memadukan tradisi Jawa yang dikenal dengan tujuh bulanan atau mitoni. Kegiatan ini digelar di Grha Pandawa Balaikota, Kota Yogyakarta, Sabtu (27/4/2024).

Langkah ini guna menambah pengetahuan ibu hamil untuk mempersiapkan bayinya agar tidak stunting.

Di dalam sambutannya di pembukaan Acara Promosi dan KIE Pencegahan Stunting Kepada Ibu Hamil Melalui Momentum Strategis dalam Rangka Proses Budaya Adat Jawa "Mitoni", Asisten Bidang Pemberdayaan Sumber Daya Masyarakat Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta Sugeng Purwanto mengatakan dalam budaya Jawa ada tradisi yang disebut dengan Mitoni.

Upacara adat Mitoni merupakan tradisi selamatan bagi perempuam hamil saat janin dalam kandungan berusia 7 bulan.

Di dalam upacara ini dibuatlah bancakan yang berupa nasi tumpeng, dawet, rujak, telor, sayur-sayuran (gudangan), dan pisang. Menu bancakan inilah yang bisa dijadikan edukasi makanan bergizi bagi ibu hamil.

"Di Daerah Istimewa Yogyakarta tradisi Mitoni telah lama berada dalam kehidupan sebuah tradisi yang tidak hanya menghormati kehidupan yang belum lahir, tetapi juga merupakan keselarasan, kesucian dan harapan bagi masyarakat," ujar Asisten Bidang Pemberdayaan Sumber Daya Masyarakat Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta Sugeng Purwanto dalam keterangan tertulis, Senin (29/4/2024).

Sugeng menyampaikan, saat bayi dalam kandungan menginjak usia 7 bulan, tradisi ini menegaskan bahwa untuk menyambut kehidupan baru dengan sukacita dan persiapan yang matang.

"Meski tradisi, tetapi tetap perlu kiranya kita ketahui bersama bahwa masih saja terdapat masalah besar yang saat ini harus dihadapi bersama yaitu stunting," tuturnya.

Target turunkan stunting 14 persen

Diungkapkan Sugeng, angka prevalensi stunting di daerah Yogyakarta memang menunjukkan penurunan, tetapi masih jauh dari yang ditargetkan.

"Target menurunkan stunting yaitu 14 persen pada tahun 2024 mendatang adalah sebuah visi yang tidak hanya menurunkan kebijakan yang berlaku. Tetapi juga partisipasi yang aktif dari kita semua bersama," ucapnya.

Sugeng mengajak semua pihak untuk menggunakan metode sebagai platform edukasi bagi seluruh masyarakat terutama DIY. Setiap sarana dan tahapan belajar menyelipkan pesan penting mengenai kisi-kisi perawatan prematur dan pentingnya penundaan usia perkawinan.

"Tidak hanya telur yang kita bagikan, tetapi juga produk olahan pangan yang lain termasuk jajanan yang sehat sebagai pendukung pertumbuhan nutrisi yang di produksi oleh UMKM Yogyakarta dalam rangka memberdayakan potensi ekonomi lokal," ucapnya.

Melalui tradisi yang kaya lanjut Sugeng bisa menjadi alat program sosial yang mampu membantu kehidupan orang banyak. Dari generasi ke generasi metode di transformasi bukan hanya merayakan sebuah fase kehamilan, tetapi juga berpartisipasi dalam gerakan besar untuk meningkatkan kehidupan generasi yang akan datang.

"Dengan menggabungkan tradisi dan inovasi tidak hanya melindungi warisan budaya, tetapi juga menciptakan masa depan yg lebih bijak. Untuk itu, mari kita bergandeng tangan mengedukasi dan memberdayakan masyarakat, khususnya ibu hamil dengan pengetahuan dan sumber daya yang memadai untuk melawan stunting," tandasnya.


Kualitas tumbuh kembang bayi

Sementara itu, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyampaikan, para perempuan yang memiliki lingkar lengan kurang dari 23,5 cm diusahakan untuk jangan hamil terlebih dahulu.

"Bagi para perempuan yang mau menikah kalau lingkar lengannya kurang dari 23,5 cm boleh nikah, tetapi diusahakan jangan hamil dulu karena kasihan janinnya. Ditunda dulu hamilnya terapi dulu untuk fokus menambah lingkar lengannya," pesan Dokter Hasto dalam sambutannya.

Hasto melanjutkan, usia kandungan 4 bulan atau 16 minggu merupakan momentum bayi bergerak. Sehingga, perempuan hamil, jika ingin melakukan hubungan dengan suami seyogianya di atas usia kandungan 16 minggu.

"16 minggu itu momentum bayi bergerak dan momentum bayi sudah kuat. Maka dari itu, kalau naik pesawat di usia 16 minggu, kalau ingin berhubungan suami istri 16 minggu ke atas, kalau terlalu sering berhubungan maka berpotensi untuk mengalami keguguran, kalau 7 bulan bayinya sudah matang," ucap Dokter Hasto.

Hasto menjelaskan, 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) itu atau bayi yang sudah berumur 24 bulan menentukan kualitas tumbuh kembang bayi. HPK dihitung sejak bulan madu atau semenjak ibu hamil.

"Otak manusia ini mayoritas berkembangnya sampai 24 bulan, maka Tuhan menutup ubun-ubun di 24 bulan begitu 24 bulan ubun-ubunnya hilang tertutup, karena tulang ketemu tulang. Tuhan telah memberikan perintah sempurnakanlah menyusui sampai usia 24 bulan dan itulah makna 1.000 HPK," tuturnya.

Diungkapkan Hasto, saat ini yang harus dilakukan adalah terus melakukan berbagai upaya untuk pencegahan stunting.

"Saat ini, angka stunting tidak perlu dirisaukan, yang penting kita kerja keras saja, toh nanti hasilnya pasti akan terlihat, bisa kita lihat dari hasil E-PPBGM," pungkasnya.

https://money.kompas.com/read/2024/04/29/143000626/bkkbn-sosialisasi-cegah-stunting-melalui-tradisi-dan-kearifan-lokal-mitoni

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke