Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Udin Suchaini
ASN di Badan Pusat Statistik

Praktisi Statistik Bidang Pembangunan Desa

Gabah Melimpah Pendapatan Petani Melemah

Kompas.com - 05/05/2024, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Upah Memanen meningkat sebesar 86,47 persen dari Rp 40.014 pada Januari 2014 menjadi Rp 74.613 pada Desember 2022.

Sementara, dalam satu bulan saja turunnya harga gabah mampu mengembalikkan NTP mendekati 100. Parahnya, hasil pertanian hanya untuk kebutuhan konsumsi, terutama bagi petani gurem.

Hasil Sensus Pertanian 2023 memberi gambaran petani gurem dengan penguasaan lahan pertanian kurang dari 0,5 hektare meningkat 15,64 persen dari 14,2 juta rumah tangga pada 2003 menjadi 16,9 juta rumah tangga pada 2023.

Lebih menyakitkan, saat pemerintah berupaya menghadirkan China dalam mengembangkan perluasan bibit hibrida pertanian lahan gambut di Kalimantan. Sementara penggunaan bibit hibrida juga masih rendah, tidak sampai 20 persen.

Menurut hasil Sensus Pertanian 2023, hanya ada 1,7 juta unit usaha pertanian perorangan, sementara padi sawah biasa 9,4 juta unit.

Sehingga, adopsi bibit hibrida dari China tidak hanya akan menambah luka, sekaligus menurunkan daya saing hasil petani lokal.

Aspek swasembada dan kesejahteraan petani perlu dipenuhi, supaya siklus pertanian tidak lagi menjadi paradoks yang berkepanjangan.

Tidak bisa berat sebelah, memprioritaskan yang satu dengan meninggalkan lainnya. Karena, produksi pangan yang melimpah akan percuma kalau tidak bisa membuka kran pasar baru karena gagal berdaya saing akibat ditopang kemiskinan petaninya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com