Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketegangan Geopolitik Timur Tengah Dinilai Bikin Saham-saham Berfundamental Bagus Terdiskon

Kompas.com - 15/05/2024, 14:00 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Ketegangan geopolitik Timur Tengah berdampak pada pasar modal Indonesia, dan membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus merosot.

Sebelum libur Lebaran, IHSG turun dari 7.286 ke level 7.099 pada penutupan Selasa (7/5/2024). Rupiah juga terpuruk hingga menembus Rp 16.170 pada perdagangan perdana setelah libur panjang Lebaran

Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah Redjalam mengatakan, penurunan harga saham terjadi pasca serangan balik Iran ke Israel.

“Pelemahan Rupiah mengikuti tren pelemahan mata uang negara-negara berkembang di tengah ketidakpastian global yang mencapai puncak tertingginya,” kata Piter, dalam siaran pers Rabu (15/5/2024).

Baca juga: BEI Ungkap Sentimen yang Bikin IHSG Babak Belur

Menurut Piter, saham-saham berfundamental bagus yang mulai merangkak naik sejak akhir tahun 2023 dan terbang tinggi selama Februari dan Maret 2024, langsung anjlok akibat meningkatnya ketidakpastian. Begitu pula saham-saham non Bank berkapitalisasi besar.

“Faktor Timur Tengah telah membuat saham-saham berguguran, tidak hanya saham medioker tetapi juga saham-saham berkapitalisasi besar penopang index lintas sektor seperti perbankan, energi, manufaktur dan telekomunikasi,” jelas dia.

Baca juga: Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya Serok?

 


Misalkan saja, saham BBCA yang sebelum libur Lebaran sempat menembus angka Rp 10.325 per saham, jatuh ke harga Rp 9.475 pasca serangan Iran ke Israel pada (16/4/2024).

Saham BBCA mencapai harga terendah Rp 9.350 pada tanggal (22/4/2024). Hal yang sama terjadi pada saham bank Mandiri, Bank BRI, dan Bank BNI.

Padahal, kalau dilihat fundamental emiten-emiten tersebut sangat luar biasa kinerjanya selama triwulan I-2024. BBCA mencatatkan keuntungan Rp 12,9 triliun selama triwulan I 2024, atau naik 11,7 persen year on year.

Selain itu, Bank Mandiri juga mencetak laba Rp 12,7 triliun (naik 1,13 persen yoy), Bank BRI mendapatkan laba Rp 15,88 triliun (naik 2,45 persen yoy) dan Bank BNI mendapatkan laba Rp 5,33 triliun (naik 2 persen yoy).

“Artinya penurunan harga saham sama sekali tidak berhubungan dengan kinerja keuangan perusahaan (emiten),” jelas Piter.

 

Saham sektor telekomunikasi

Sama dengan harga saham emiten non-perbankan lainnya, harga saham Telkom juga mengalami tekanan. Harga saham Telkom atau TLKM terus tertekan.

Dalam tiga bulan terakhir, harga saham Telkom terkikis 12,6 persen, sementara kalau dihitung sejak awal tahun atau year to date (ytd) harga saham Telkom turun 12,1 persen.

“Kalau dilihat, kinerja keuangan atau fundamental Telkom,” jelas Piter.

Pada triwulan I-2024, Telkom mencatatkan pendapatan sebesar Rp 37,4 triliun atau tumbuh 3,7 persen year on year. Sementara EBITDA Telkom tumbuh sebesar 2,2 persen year on year menjadi Rp 19,4 triliun dengan laba bersih mencapai Rp 6,1 triliun.

Piter melihat kinerja Telkom didukung oleh kinerja anak-anak perusahaannya. Pada kuartal 1 tahun 2024, Telkomsel masih menjadi kontributor terbesar pendapatan Telkom.

Menurut Piter, meskipun sama-sama mampu menjaga tingkat keuntungan, kinerja Telkom di industri telekomunikasi selayaknya lebih diapresiasi bila dibandingkan dengan bank BCA ataupun bank-bank himbara.

“Kemampuan Telkom menjaga pertumbuhan pendapatan dan juga tingkat keuntungan di kala Telkom sedang melakukan strategi transformasi di tengah gelombang disruption industri telekomunikasi,” ungkapnya.

“Proses transformasi di Telkom dilakukan saat perusahaan masih sehat dan berlangsung cukup mulus,” tegas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com