Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondisi Perekonomian Global Membaik, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan 6,25 Persen

Kompas.com - 22/05/2024, 14:58 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) memutukan untuk mempertahankan BI Rate di level 6,25 persen. Keputusan ini merupakan hasil dari gelaran Rapat Dewan Gubernur BI periode Mei 2024.

Selain itu, bank sentral juga mempertahankan tingkat suku bunga deposit facility dan lending facility. Dengan demikian, suku bunga deposito facility tetap sebesar 5,50 persen dan lending facility sebesar 7,00 persen.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesis pada 21 dan 22 Mei 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,25 persen," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo, dalam konferensi pers, di Gedung BI, Jakarta, Rabu (22/5/2024).

Baca juga: Pasar Keuangan Global Membaik, Sudah Waktunya BI Turunkan Suku Bunga?

Keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuan diambil dengan melihat perkembangan kondisi perkenomian global. Secara garis besar, Perry bilang, kondisi perekonomian global membaik dari perkiraan semula bank sentral.

Dari sisi moneter, suku bunga The Fed diproyeksi mulai mengalami penurunan pada pengujung tahun 2024. Hal ini seiring dengan laju inflasi Negeri Paman Sam yang kian melambat, disertai data ekonomi yang tetap kuat.

"Pada saat bersamaan risiko memburuknya ketegangan geopolitik sejak akhir April 2024 tidak berlanjut," ujar Perry.

"Berbagai kondisi ini berdampak positif pada tertahannya penguatan dollar AS secara global dan menurunnya yield US dollar treasury," sambungnya.

Baca juga: Kenaikan BI Rate Jadi 6,25 Persen Tidak Perlu Dikhawatirkan


 

Di tengah ketidakpastian global yang masih berlanjut, BI menilai, kondisi ekonomi nasional masih terjaga. Salah satu indikator utamanya ialah realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2024 yang mencapai 5,11 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan kuartal sebelumnya sebesar 5,04 persen.

"Pertumbuhan ekonomi 2024 diperkirakan tetap berada dalam kisaran 4,7 - 5,5 persen," katanya.

Dari sisi eksternal, ketahanan ekonomi nasional dinilai tetap positif, meskipun neraca pembayaran Indonesia (NPI) mengalami defisit pada kuartal I-2024.

Perry menjelaskan, defisit itu utamanya dipicu oleh neraca transaksi modal dan finansial yang mencatat defisit seiring dengan tren aliran modal asing keluar pada periode 3 bulan pertama tahun ini.

Baca juga: BI Upayakan Kurs Rupiah Turun ke Bawah Rp 16.000 Per Dollar AS

Namun demikian, NPI diproyeksi membaik pada kuartal II-2024. Hal ini seiring dengan kembali masuknya aliran modal asing ke pasar keuangan RI.

"Data sampai dengan Mei 2024 secara neto tercatat inflow sebesar 1,8 miliar dollar AS," ujar Perry.

Selaras dengan kembali masuknya aliran modal asing, nilai tukar rupiah (NTR) tercatat membaik. Jika dilihat secara bulanan (point to point), NTR menguat 1,66 persen hingga 21 Mei lalu.

Sementara secara tahun kalender (year to date/ytd), NTR masih melemah, yakni 3,74 persen. Depresiasi itu sebenarnya lebih rendah jika dibanding dengan mata uang negara lain, seperti peso Filipina, won Korea Selatan, dan baht Thailand, yang masing-masing melemah sebesar 4,91 persen, 5,52 persen, dan 5,99 persen.

"Ke depan nilai tukar rupiah diperkirakan stabil dengan kecenderungan menguat didorong oleh imbal hasil yang menarik," ucap Perry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com