Kondisi tersebut menempatkan Indonesia di posisi atas dibandingkan dengan Amerika Serikat, Inggris, Asia Pasifik, ASEAN, bahkan rata-rata secara global.
Namun, Indonesia juga menghadapi beberapa kendala seperti permintaan ekspor yang berkurang, infrastruktur transportasi, ketersediaan tenaga kerja terampil, biaya tenaga kerja, dan biaya energi.
"Hal ini tentunya perlu menjadi fokus utama Indonesia dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi domestik, terutama untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan," ungkap Johanna.
Baca juga: Kerangka Ekonomi Makro 2025: Pertumbuhan Ekonomi 5,1 - 5,5 Persen, Inflasi 1,5 - 3,5 Persen
Di sisi lain, Indonesia juga sangat bergantung kepada pemasok serta pengadaan dari luar negeri apabila dibandingkan dengan Amerika Serikat, Inggris, Asia Pasifik, ASEAN, dan rata-rata global.
Ini menunjukkan bahwa Indonesia juga masih menjadi target pasar yang besar di perdagangan internasional. Namun di sisi lain, Indonesia juga optimis dapat meningkatkan pendapatan mereka dari beberapa negara seperti Malaysia dan Amerika Serikat
Hal ini menunjukkan Indonesia memiliki fokus strategis untuk melakukan ekspansi terhadap pasar-pasar tertentu.
Johanna menambahkan, secara keseluruhan, ekonomi Indonesia pada tahun 2023 merupakan kombinasi antara kekuatan dan tantangan.
Baca juga: Bappenas: Ekonomi Biru Dapat Ciptakan 12 Juta Lapangan Kerja pada 2030
Dengan tingginya optimisme terhadap prospek ekonomi ke depan, ekspektasi terhadap pertumbuhan keuntungan yang kuat, serta pendekatan proaktif terhadap pasar global, Indonesia berada pada posisi yang baik untuk tumbuh dan sukses di kancah bisnis internasional.
"Namun, untuk mempertahankan dan memaksimalkan potensi pertumbuhan ini, kemampuan kita untuk mengatasi tantangan yang ada akan menjadi kunci utama," terang dia.
Johanna menuturkan, Indonesia telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam berbagai aspek ekonomi dan memiliki peluang besar untuk terus berkembang di masa depan.