Padahal, kaum muda perlu banyak pengalaman dalam kerja sama untuk memimpin dan mengelola desa.
Implementasi program pengentasan kemiskinan, peningkatan produksi pertanian, dan perbaikan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh akan mengalami banyak rintangan ketiga masalah ini ditemukan.
Kaum muda yang masih gesit, tentu memberi harapan baru dalam membangun 'dari bawah' (bottom up) sesuai yang digariskan oleh UU No. 3/2024. Ada ruang kebebasan tinggi bagi setiap Kades membangun wilayahnya secara mandiri.
Keleluasaan untuk merancang APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa) bersama Badan Permusyawaratan Desa merancang dan menetapkan anggaran tersebut telah disokong dana desa (DD) yang tidak sedikit dan semakin meningkat.
Peluang bangkitnya desa dengan Kades-Kades muda sangat diperlukan. Karena, melaksanakan pembangunan desa secara mandiri membutuhkan pengetahuan luas, dalam, dan cermat tentang realitas sosial, ekonomi, dan budaya yang ada di setiap desa.
Kades butuh membaca, mempelajari kebijakan, mempelajari aturan, serta mempelajari sistem. Kemampuan ini dimiliki oleh Kades Millenial dan Z.
Sayangnya, pembangunan desa oleh Kades Millenial dan Z belum menunjukkan kinerja yang lebih baik dari Kades generasi sebelumnya. Potensi sosial, ekonomi, dan budaya belum terdayagunakan secara optimal.
Padahal, kebiasaan berkinerja tinggi, responsif, dan melek teknologi, seyogianya pembangunan dan perekonomian desa akan lebih cepat dilakukan.
Namun, jika ujungnya pembangunan desa yang dipimpin Kades muda masih jauh dari harapan, pantas saja sebagian pihak menyebut generasi ini sebagai generasi rebahan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.