Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tips Investasi Saham saat Dana Asing Cabut dari RI

Kompas.com - 04/06/2024, 10:00 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam sepekan lalu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tergelincir sebesar -3,48 persen ke titik terendahnya di level 6.959,23 sebelum kemudian ditutup dengan pelemahan sebesar 0,9 persen atau turun 63,41 poin ke angka 6.970,74 pada akhir perdagangan pekan lalu.

Community Lead Indo Premier Sekuritas (IPOT) Angga Septianus menjelaskan anjloknya IHSG pada pekan lalu karena sejumlah sentimen yang memengaruhi. Angga menyebutkan 3 sentimen yang membuat market longsor cukup dalam yakni inflasi indeks harga belanja personal (PCE) AS, kondisi geopolitik Timur Tengah dan outflow foreign (keluarnya dana asing) di IHSG.

“Terkait inflasi PCE AS, jelas Angga, tingkat inflasi PCE tahunan di AS stabil di 2,7 persen pada April 2024, terhenti setelah akselerasi pada Maret dan ini memang sesuai dengan perkiraan pasar,” kata Angga dalam siaran pers, Senin (3/6/2024).

Angga mengatakan, terkait sentimen geopolitik Timur Tengah, konflik Timur Tengah yang terus memanas menjadi faktor untuk diperhatikan karena akan berdampak ke appetite investor untuk masuk ke aset berisiko seperti saham.

Baca juga: Ingin Mencoba Investasi Saham? Ini 7 Tips yang Bisa Diperhatikan

Sementara itu terkait sentimen outflow foreign di IHSG, beberapa faktor yang menyebabkan asing keluar masif di IHSG, terutama saham-saham perbankan, yakni rupiah yang kembali melemah di atas 16.200 per dollar AS.

Dia bilang, potensi inflasi yang belum bisa turun ke angka 2 persen dan mengurangi probabilitas penurunan suku bunga tahun ini dan kondisi geopolitik Timur Tengah yang semakin memburuk.

“Dihadapkan pada arus keluar modal asing dari IHSG, memilih saham-saham defensif dengan kinerja yang membaik bisa menjadi strategi yang baik. Saham-saham defensif cenderung lebih stabil dalam kondisi pasar yang bergejolak,” jelas Angga.

Baca juga: 5 Tips Manfaatkan THR untuk Investasi Saham

Menurut dia, saham UNVR bisa menjadi alternatif yang menarik di tengah derasnya outflow asing karena emiten ini  memiliki tren positif dalam struktur teknikalnya.

Dia menilai, UNVR dapat menjadi pilihan saham yang cukup stabil di tengah kondisi pasar yang cenderung memilih sektor yang lebih bertahan lama.

 “Ketika ada arus keluar modal asing, beralih ke sektor konsumen yang lebih defensif, seperti UNVR, bisa menjadi strategi yang cerdas. Selain itu, UNVR juga mencatat peningkatan kinerja selama kuartal pertama, yang menambah daya tariknya sebagai pilihan trading,” jelasnya.

Baca juga: 8 Kesalahan Investasi Saham yang Harus Dihindari, Apa Saja?

 

Sentimen pekan ini

Mengenai potensi market pada minggu ini 3-7 Juni 2024, Angga mengimbau para trader untuk memerhatikan 2 sentimen lain yakni hasil pertemuan OPEC dan inflasi Indonesia.

Pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, diundur satu hari menjadi 2 Juni dan akan diadakan secara online. Hal ini dikonfirmasi langsung oleh OPEC pada Jumat lalu.

"Para produsen akan mendiskusikan apakah akan memperpanjang pengurangan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari hingga paruh kedua tahun ini, dengan tiga sumber dari negara-negara OPEC+ mengatakan kemungkinan perpanjangan tersebut," jelas Angga.

Dia juga menilai, pengurangan produksi sebesar 3,66 juta barel per hari (bpd) yang berlaku hingga akhir tahun, pengurangan produksi tersebut setara dengan hampir 6 persen dari permintaan minyak global.

Baca juga: Investasi Saham Haram? Ini Kata BEI

Sementara itu terkait sentimen inflasi Indonesia, sejumlah ekonom memperkirakan inflasi Mei 2024 akan melandai, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Konsumsi masyarakat sudah tidak lagi di titik puncak seperti periode Ramadan-Idul Fitri. Saat ini sudah normalisasi.

"Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg menghasilkan median proyeksi inflasi Mei dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm) sebesar 0,07 persen,” katanya.

“Jauh melandai dibandingkan April yang sebesar 0,25 persen mtm. Sementara dibandingkan Mei tahun lalu (year-on-year/yoy), inflasi diperkirakan 2,97 persen. Sedikit lebih rendah dibandingkan April yang 3 persen yoy. Beberapa ekonom juga menyebut inflasi melandai ke 2,9 persen - 2,95 persen,” tambahnya.

Mengutip catatan Badan Pangan Nasional (Bapanas), jelanya, rata-rata harga beras premium pada Mei adalah Rp 15.560 persen kg, turun 2,69 persen dibandingkan rerata bulan sebelumnya. Termasuk harga cabai merah, ayam ras, daging sapi, dan lain-lainnya.

Baca juga: Tips Investasi dari Erick Thohir untuk Anak Muda

Berkaca pada data-data ekonomi dan sejumlah sentimen seperti outflow asing , IPOT Buzz merekomendasikan 3 saham untuk trading pada pekan ini

1. UNVR

IPOT merekomendasikan buy on pullback, support 2.910, resistance 3.230. Struktur teknikal emiten ini uptrend dan bisa dijadikan opsi pilihan saham yang cukup defensif di tengah kondisi market yang memilih sektor yang defensif. Ketika asing outflow, masuk ke sektor defensif konsumer seperti UNVR bisa jadi pilihan karena UNVR juga mengalami perbaikan kinerja di kuartal 1-2024.

2. JPFA

IPOT merekomendasikan buy, support 1.335, resistance 1.435). Potensi kenaikan kinerja emiten ini di kuartal II-2024 berkat sentimen Hari Raya Idul Fitri dan melemahnya harga jagung sebagai bahan baku. Kembali melemahnya harga komoditas jagung akan meringankan beban bahan baku.

3. ARTO

IPOT merekomendasikan buy, Support 2.320, resistance 2.530. Emiten ini mengalami lonjakan volume disertai aksi beli investor asing, tentunya menarik jika bisa menembus level resistance 2.450. Aksi beli investor asing saat rebalancing MSCI pada 31 Mei kemarin menjadi penopang harga ARTO.

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com