Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hadapi Tren Pelemahan Rupiah dan IHSG, Ada Apa dengan Ekonomi Indonesia?

Kompas.com - 20/06/2024, 09:30 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

Senada, Ekonom sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menyebut, ekonomi domestik memang terpengaruh oleh pelemahan permintaan global. Namun demikian, pengaruh permintaan global tersebut disebut tidak signifikan terhadap ekonomi Indonesia.

"Salah satu contohnya adalah pelemahan permintaan untuk industri tekstil dan produk tekstil (TPT) yang menyebabkan kelesuan di industri TPT, bahkan sampai ada pemutusan hubungan kerja (PHK)," ucap dia.

Ia menegaskan, kondisi global tersebut memang berpengaruh, meskipun porsi ekspor-impor Indonesia tidak begitu tinggi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Di sisi lain, Nailul menegaskan, fondasi ekonomi Indonesia juga tidak menunjukkan hasil yang baik. Hal itu dapat dilihat dari beberapa indikator seperti Incremental Capital Output Ratio (ICOR), maupun penyerapan tenaga kerja per pertumbuhan ekonomi.

"Industri yang terus turun porsinya juga mempengaruhi kondisi ekonomi kita," imbuh dia.

Hal itu berdampak pada ekonomi Indonesia yang hanya akan tumbuh dalam angka yang relatif sama saja jika tidak mengalami perubahan dalam berbagai indikator.

"Pertumbuhan ekonomi akan tertahan di 5 persen, tidak akan jadi negara maju ketika Indonesia emas 2045. Bahkan lebih jauh lagi, tenaga kerja tidak akan terserap oleh pasar," tutur dia.

Stagnasi ekonomi RI

Sedikit berbeda, Ekonom sekaligus Ahli Keuangan dan Pasar Modal Budi Frensidy justru berpendapat, keadaan ekonomi secara global sedang dalam kondisi yang sangat baik.

Bahkan, berdasarkan catatannya, beberapa indeks bursa global sedang menembus rekor tertinggi.

"Kita (Indonesia) berat di indikator makro, yaitu pelemahan rupiah, triple defisit, dan capital outflow yang sangat deras," ungkap dia.

Ia menjelaskan, kondisi tersebut masih ditambah dengan daya beli masyarakat yang semakin melemah dan pengangguran di sektor formal yang terus meningkat.

Seiring dengan itu, Budi juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi akan stagnan di level 5 persen.

"Bahkan lebih rendah," tegas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com