Kondisi ini tentunya dapat menjadi modal penting bagi Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming guna meneruskan pembangunan, khususnya terkait pembangunan kesejahteraan penduduk.
Jika ditinjau lebih dalam lagi, meskipun capaian angka kemiskinan pada 2024 secara umum terus menunjukkan perbaikan kesejahteraan pada masyarakat kelompok bawah, namun masih jauh dari target RPJMN 2020-2024 sebesar 6,5-7,5 persen. Sehingga perlu catatan perbaikan untuk menjadi perhatian pemerintah ke depan.
Pertama, kesejahteraan di daerah perkotaan belum sepenuhnya pulih dari pandemi. Meskipun secara total angka kemiskinan Maret 2024 sudah pulih dari pandemi, namun kondisi ini tidak terjadi di daerah perkotaan.
Angka kemiskinan perkotaan pada 2024 adalah sebesar 7,09 persen. Angka ini masih lebih tinggi dibandingkan angka sebelum pandemi sebesar 6,69 persen pada Maret 2019.
Selain itu, jika ditinjau menurut periodenya, maka terlihat adanya perbedaan pola penurunan angka kemiskinan dalam satu dekade terakhir.
Pada periode lima tahun pertama 2014 - 2019, daerah perkotaan mampu turun 1,65 persen poin dari 8,34 persen pada Maret 2014 menjadi 6,69 persen pada Maret 2019.
Sementara itu, pada lima tahun berikutnya angka kemiskinan perkotaan justru mengalami kenaikan sebesar 0,40 persen poin dari 6,69 persen pada Maret 2019 menjadi 7,09 pada Maret 2024.
Kondisi ini sedikit berbeda jika dilihat di daerah perdesaan. Angka kemiskinan perdesaan pada 2024 sebesar 11,79 persen. Sudah lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi sebesar 12,85 persen pada Maret 2019.
Dari sisi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan di perkotaan juga masih belum sepenuhnya pulih. Kedua indikator ini di perkotaan pada Maret 2024 juga menunjukkan angka yang masih lebih tinggi dibandingkan dengan angka sebelum pandemi.
Kedua, laju penurunan kemiskinan dan kesenjangan mengalami perlambatan dalam 5 tahun terakhir.
Dari seluruh indikator kesejahteraan, yaitu persentase penduduk miskin, indeks kedalaman kemiskinan, indeks keparahan kemiskinan, dan tingkat ketimpangan (Gini Ratio) dalam 5 tahun terakhir (2019-2024) mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan periode 5 tahun sebelumnya (2014-2019).
Pada periode 2019 – 2024, angka persentase penduduk miskin mengalami penurunan sebesar 0,38 persen poin. Penurunan angka ini melambat hampir 5 kali lipatnya dibandingkan dengan periode 2014 – 2019 di mana saat itu kemiskinan mampu turun 1,84 persen poin.
Demikian halnya dengan angka indeks kedalaman kemiskinan. Pada periode 2019 – 2024, angka ini mengalami penurunan sebesar 0,092 poin, melambat sekitar 2 kali lipatnya dibandingkan dengan periode 2014 – 2019 di mana indeks kedalaman kemiskinan mampu turun 0,2 poin.
Tingkat keparahan juga menunjukkan pola serupa. Pada periode 2019 – 2024, indeks keparahan kemiskinan mengalami penurunan sebesar 0,027 poin, melambat lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode 2014 – 2019, di mana indeks keparahan kemiskinan mampu turun 0,061 poin.
Kondisi ini diperburuk dengan tingkat ketimpangan berdasarkan nilai Gini Ratio. Meskipun saat ini tingkat ketimpangan sudah sedikit membaik jika dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi, tetapi terjadi perlambatan yang cukup besar.