Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini 5 Titik Kebocoran yang Bikin Rasio Pajak Indonesia Rendah

Kompas.com - 04/04/2019, 16:23 WIB
Yoga Sukmana,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Rasio pajak atau tax ratio Indonesia masih ada diangka 10-11 persen dari PDB. Padahal menurut IMF, negara membutuhkan 12,75 - 15 persen rasio pajak untuk melakukan pembangunan berkelanjutan.

Pengamat pajak dari Danny Darussalam Tax Center (DDTC), Darussalam mengungkapan, ruang rasio pajak mencapai 15 persen dari PDB sangat terbuka. Hanya saja ada titik-titik kebocoran pajak yang harus ditutup

"Kenapa tax ratio kita rendah? karena ya dia muncul karena 5 titik kebocoran," ujarnya dalam diskusi Urgensi Reformasi Pajak, Jakarta, Kamis (4/4/2019).

Titik kebocoran pajak pertama menurut Darussalam yakni shadow economy atau ekonomi yang tidak bisa terekam karena berbagai hal. Salah satunya yakni digital ekonomi.

Baca juga: Aturan Pajak E-Commerce Dicabut, Ini Komentar CEO Bukalapak

Hingga saat ini berbagai negara masih kesulitan untuk memajaki ekonomi digital. Hal inilah yang dinilai bisa membuat penerimaan pajak tak optimal.

Kedua, kompetisi pajak (tax competition). Saat ini kata Darusalam, banyak negara yang berlomba-lomba menurunkan pajaknya demi menggaet investasi.

Menurut Darussalam tak masalah negara menurunkan pajak, hanya saja harus diikuti oleh penguatan objek dan subyek pajak. Hal ini penting sehingga penerimaan pajak tidak anjlok tiba-tiba.

Ketiga, kebocoran karena offshore tax evasion yang merupakan praktik penghindaran pajak dengan membuat perusahaan cangkang di negara tax heaven.

Keempat base erosian and profit shifting. Praktik penghindaran pajak dengan membawa keuntungan ke negara dengan tarif pajak yang rendah.

"Kelima yakni jebocoran terjadi dalam hal melaporkan pajak tidak sesuai aturan yang ada. Ini lah pentingnya penegakan hukum," kata dia.

Darusalam meyakini, bila kelima titik kebocoran itu bisa ditutup dengan berbagai kebijakan yang efektif, nama tax ratio Indonesia bisa melonjak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com