Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom: Larangan Uni Eropa terhadap Kelapa Sawit Berlebihan

Kompas.com - 21/05/2019, 08:06 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom senior Indef dam Ketua Focus Group Pangan dan Pertanian Isei Bustanul Arifin mengatakan, isu negatif mengenai kelapa sawit yang dibuat Uni Eropa sudah berlebihan.

Pasalnya, penggunaan lahan minyak kelapa sawit hanya berkisar 6,6 persen dari total lahan dunia.

"Sementara itu, area yang digunakan untuk menanam kedelai mencapai 9 kali lipat dari total lahan kelapa sawit," ucap Bustanul Arifin di Jakarta, Senin (20/5/2019).

"Produktifitas kelapa sawit pun signifikan lebih besar ketimbang kedelai, sunflower, cotton seed, groundnut. Penggunaan lahan kelapa sawit yang 6,6 persen mampu memproduksi 38,7 persen output," lanjutnya.

Baca juga: Dijegal Uni Eropa, Kemendag Berupa Perluas Ekspor Kelapa Sawit

Akibat isu negatif ini, ekspor kelapa sawit Indonesia menurun signifikan. Padahal Indonesia dan Malaysia menyumbang 80 persen ekspor kelapa sawit di dunia dengan tren yang meningkat dari 2013-2018.

"Isu negatif ini dikaitkan dengan lingkungan hidup dan kelestarian alam. Padahal kita sudah mengadopsi RSPO. Implementasi dalam negerinya pun sudah mengadopsi ISPO," ucap Bustanul Arifin.

Arifin menilai, tekanan pada kinerja ekspor ini berimbas pada defisit transaksi berjalan dan ikut mempengaruhi volatilitas nilai tukar rupiah. Petani-petani kelapa sawit pun terkena imbasnya.

Untuk itu, ISEI membuat program kampanye positif mengenai industri kelapa sawit yang berkelanjutan di Swiss, mengingat Swiss merupakan negara Uni Eropa (UE).

"Semoga program ini bisa berhasil dan mampu menstabilkan kinerja ekspor kita," harapnya.

Baca juga: Uni Eropa, Jangan Main-main terhadap Kelapa Sawit!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com