Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meraup Untung Budidaya Jamur Tiram, Modal Awal Cuma Rp 2,5 Juta

Kompas.com - 11/08/2019, 16:07 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu jenis jamur yang banyak dibutuhkan untuk dibuat ragam produk makanan adalah jamur tiram.

Bentuk jamur yang seperti cangkang tiram ini bisa dipakai sebagai bahan masakan, atau juga produk camilan seperti keripik jamur atau jamur krispi.

Nah, salah satu daerah yang punya sentra pembuatan produk jamur tiram adalah Nagari Suayan Tinggi, Kecamatan Akabiluru, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Di daerah tersebut terdapat para pembuat produk makanan dan camilan berbasis jamur tiram.

Melihat hal tersebut, para penduduk di Nagari Suayan Tinggi pun mencoba untuk bisa memenuhi kebutuhan jamur tiram di wilayahnya. Caranya dengan melakukan budidaya jamur tiram.

Salah satu pelaku usahanya adalah Yuharmonis. Ia baru saja menggeluti budidaya jamur tiram sejak Februari 2019.

Baca juga: Modal Rp 2 Juta, Pemuda Ini Hasilkan Puluhan Juta dari Jamur Merang

Kebetulan, dalam memulai usaha ini, ia mendapat bantuan modal dari PT Permodalan Nasional Madani (PNM) sebesar Rp 2,5 juta. Dengan modal tersebut, ia memulai usaha budidaya jamur tiram dengan membeli sejumlah bahan baku, seperti serbuk gergaji halus, gilingan padi atau dedak, serta kapur bukit.

Semua komponen tersebut diperlukan sebagai sarana untuk membudidayakan jamur tiram yang punya nama latin pleourotus ostreatus.

Agar bisa menghasilkan media tanam tersebut, seluruh bahan baku dicampur menjadi satu dan kemudian dihaluskan dengan alat pencampur. Setelah menjadi satu, diamkan hingga satu hari penuh.

Setelah itu, dimasukkan ke dalam wadah plastik.

Kemudian media tanam ini dikukus selama delapan jam untuk membuat bahan baku media tanam tersebut steril dan bersih. Setelah selesai, bahan baku media tanam tersebut yang juga disebut baglog tersebut dikeluarkan dan langsung diisi dengan bibit jamur tiram.

Baca juga: Produk Abon Jamur Kian Menjamur

Lantas didiamkan selama kurang lebih 30 hari sampai 40 hari.

Yuharmonis sendiri mengklaim bisa memanen jamur tiram kurang dari periode tersebut.

"Untuk panen kuang dari satu bulan," katanya kepada KONTAN di kediamannya di Nagari Suayan Tinggi, belum lama ini.

Saat ini, dia sudah mempunyai lebih dari 2.000 media tanam jamur tiram (baglog). Satu baglog sendiri bisa bertahan hingga lima bulan sebelum diganti dengan media tanam yang baru.

"Dalam sebulan bisa panen rata-rata 500 jamur tiram," katanya.

Untuk memasarkan jamur tiram tersebut, ia mengaku tidak mengalami kesulitan. Selain di wilayahnya sendiri yang terdapat pengrajin olahan jamur tiram, juga ia pasarkan ke daerah Sumatera Barat lainnya, yakni di sekitar Padang dan Bukit Tinggi, bahkan hingga ke Pekanbaru.

Baca juga: Geluti Jamur, Pensiunan PNS Ini Dapat Tambahan Jutaan Rupiah

Dengan jangkauan pasar yang sudah meluas, saat ini Yuharmonis bisa meraup omzet Rp 100.000–Rp 150.000 per hari. Sedangkan untuk target sampai akhir tahun ini adalah bisa meraup pendapatan hingga Rp 1 juta per hari.

Caranya adalah dengan memperbanyak jumlah baglog mencapai 10.000 media tanam jamur tiram. (Venny Suryanto)

 

Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Menanam fulus dari budidaya jamur tiram

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BRI Bakal Ambil Langkah Hukum soal Konten Ajakan Tarik Uang dari Bank

BRI Bakal Ambil Langkah Hukum soal Konten Ajakan Tarik Uang dari Bank

Whats New
Soal Uang Hilang di Tabungan, Ekonom Sebut Perbankan Punya Pengawasan Ketat

Soal Uang Hilang di Tabungan, Ekonom Sebut Perbankan Punya Pengawasan Ketat

Whats New
PetroChina Dinilai Konsisten Tingkatkan Kompetensi Perajin Batik dan Dorong Literasi di Jambi

PetroChina Dinilai Konsisten Tingkatkan Kompetensi Perajin Batik dan Dorong Literasi di Jambi

Whats New
Wamen BUMN: Emas Bukan Aset 'Sunset'

Wamen BUMN: Emas Bukan Aset "Sunset"

Whats New
Peleburan 7 BUMN Karya Ditargetkan Rampung September 2024

Peleburan 7 BUMN Karya Ditargetkan Rampung September 2024

Whats New
Relaksasi Harga Gula Akan Berakhir, Pengusaha Ritel Berharap Stok Terjamin

Relaksasi Harga Gula Akan Berakhir, Pengusaha Ritel Berharap Stok Terjamin

Whats New
Komitmen Dorong Inklusi Keuangan, Bank Mandiri Perkuat Peran Mandiri Agen

Komitmen Dorong Inklusi Keuangan, Bank Mandiri Perkuat Peran Mandiri Agen

Whats New
Resmikan The Gade Tower, Wamen BUMN: Jadi Simbol Modernisasi Pegadaian

Resmikan The Gade Tower, Wamen BUMN: Jadi Simbol Modernisasi Pegadaian

Whats New
Kemenperin Kasih Bocoran soal Aturan Impor Ban

Kemenperin Kasih Bocoran soal Aturan Impor Ban

Whats New
Pengusaha Ritel: Pembatasan Pembelian Gula Bukan karena Stok Kosong

Pengusaha Ritel: Pembatasan Pembelian Gula Bukan karena Stok Kosong

Whats New
Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Whats New
Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Whats New
Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Whats New
Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Whats New
IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com