Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Menristekdikti Bandingkan Gaji PNS dengan Pendiri Startup

Kompas.com - 03/10/2019, 15:30 WIB
Fika Nurul Ulya,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perkembangan perusahaan rintisan alias startup di Indonesia dalam 5 tahun belakangan sangat signifikan.

Meski sempat kalah dengan Iran, Indonesia mampu mengejar ketertinggalannya dalam hal kreasi dan inovasi.

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir menuturkan, saat ini Indonesia telah menghasilkan 1.307 startup selama tahun 2014-2019.

Padahal sebelum tahun-tahun itu, pertumbuhan startup Indonesia hanya kisaran 8 hingga 20 dalam setahun.

Di sisi lain, Iran saat itu justru telah menghasilkan 1.000 startup dalam periode 2004-2014. Jumlah yang berkali-kali lipat dari Indonesia.

"Saya melihat dari Iran yang telah mengembangkan 1.000 startupnya dari tahun 2004-2014. Indonesia pada saat itu hanya bisa menghasilkan 8 hingga 20 setiap tahunnya. Kalau dibayangkan berapa signifikan perbedaannya?" kata Nasir di Jakarta, Kamis (3/10/2019).

Baca juga: Menurut Google, Ini Tantangan Pertumbuhan Startup di Indonesia

"Tapi saat ini ternyata lain yang terjadi. Dalam 5 tahun, Indonesia telah menghasilkan 1.307 startup. Bahkan berkolaborasi dengan perusahaan luar negeri," imbuh dia.

Nasir mengatakan, dari 1.307 startup, terdapat 13 startup maupun perusahaan teknologi yang telah menghasilkan omzet di atas Rp 1 miliar (mature).

Omzet tersebut sudah bisa memperoleh keuntungan sekitar 30 persen.

"Kalau dipecah tiap bulan berarti keuntungannya Rp 20 juta sampai Rp 25 juta. Sebulan dapat keuntungan Rp 25 juta, pendapatan PNS (Pegawai Negeri Sipil) di Ristekdikti aja enggak ada segitu," katanya disambut gelak tawa.

Hal tersebut, kata dia, membuktikan keberhasilan startup tidak bisa dianggap remeh.

Baca juga: Ada Musim Semi Startup, Akan Datang Juga Musim Gugur

Startup bisa maju dan berkembang bila dikelola dengan baik dan mampu menjawab segala tantangan di masyarakat.

"Oleh karena itu, saya harap teman-teman (pendiri startup) bekerja keras dalam meningkatkan pembangunan agar sejahtera. Mudah-mudahan akan sukses. Saya yakin perusahaan yang Bapak/Ibu kelola akan sukses," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com