Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diversifikasi Pangan, Kementan Fokus 6 Komoditas Lokal Non Beras

Kompas.com - 09/09/2020, 20:40 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan pengembangan diversifikasi pangan berbasis  kearifan lokal yang fokus kepada satu komoditas utama per provinsi.

Diversifikasi pangan difokuskan kepada enam pangan lokal sumber karbohidrat non beras yakni ubi kayu, jagung, sagu, pisang, kentang, dan sorgum.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri menyatakan,  pihaknya memastikan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia sebanyak 267 juta jiwa harus tercukupi. Oleh karena itu, diversifikasi bakal membantu ketahanan pangan.

“Ada potensi pangan lokal yang bisa mendukung program diversifikasi pangan, kita memiliki pangan lokal di luar beras. Program diversifikasi membantu masyarakat Indonesia swasembada pangan,” ujar Kuntoro dalam keterangan resmi, Rabu (9/9/2020).

Baca juga: Bulog: Sagu Akan Disiapkan jika Beras Langka Selama Pandemi Corona

Ia menjelaskan, dari segi produktivitas, ubi kayu berpotensi mencapai 10 ton per hektare dan pisang potensinya dapat mencapai 80 ton per hektare. Maka, yang diperlukan selanjutnya adalah mendorong pasar untuk memperkenalkan produk.

“Jadi image-nya pangan lokal harus ditingkatkan supaya menarik semua orang untuk konsumsi,” kata dia.

Sekretaris Badan Ketahanan Pangan Kementan Riwantoro menambahkan, pihaknya memiliki strategi jangka menengah dan jangka panjang untuk meningkatkan diversifikasi pangan lokal. Di mana pemerintah berupaya menjaga kebutuhan pangan dan mencegah masyarakat kelaparan di saat pandemi Covid-19, seiring dengan adanya potensi kekeringan.

Maka, di era kenormalan baru ini ada program peningkatan ketersediaan pangan. Saat ini, setiap provinsi difokuskan memproduksi panganan lokal selain beras.

"Secara konsisten terus menggalakkan diversifikasi pangan di wilayah masing-masing dan menjadi sebuah gerakan, bahkan di pekarangan rumah," jelas dia.

Riwantoro menyebutkan diversifikasi pangan bertujuan mengantisipasi krisis, penyediaan pangan alternatif, menggerakan ekonomi dan mewujudkan sumber daya manusia yang sehat. Dengan sasaran menurunkan ketergantungan konsumsi beras.

Dalam lima tahun ke depan, Kementan menargetkan penurunan konsumsi beras nasional sebesar 7 persen. Khusus tahun 2020 rata-rata konsumsi beras ditargetkan turun ke posisi 92,9 per kg per kapita per tahun dari posisi tahun lalu sebesar 94,9 per kg per kapita per tahun.

Hingga tahun 2024 mendatang, ditargetkan konsumsi sudah turun 7 persen ke posisi 85 per kg per kapita per tahun. Penurunan itu setara 1,77 juta ton senilai Rp 17,78 triliun.

Namun dengan catatan, penurunan konsumsi beras bisa dicapai asalkan ada intervensi dari pemerintah. Tanpa intervensi, penurunan konsumsi beras hanya mampu mencapai posisi 91,2 per kg per kapita per tahun.

"Kami targetkan ada satu penurunan pangan beras kita dan itu harus diikuti dengan kenaikan konsumsi pangan lokalnya. Peluang diversifikasi besar karena masyarakat ingin hidup sehat dan terdapat peluang bisnis UMKM,” ujarnya.

Kepala Ketua Departemen Ilmu Ekonomi IPB University Sahara mengatakan, pandemi Covid-19 menjadi momentum tepat untuk mempercepat diversifikasi pangan. Karena itu, pola pandang harus diubah bahwa beras bukan satu-satunya sumber karbohidrat. 

Sebab selama ini, pemerintah masih terlalu fokus pada pengembangan pangan jenis beras. Padahal, Indonesia memiliki ragam jenis pangan yang sangat berlimpah.

Baca juga: Ini 4 Prioritas Mentan Jaga Ketahanan Pangan di Tengah Pandemi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Astra Honda Motor Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Simak Kualifikasinya

Astra Honda Motor Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com