Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Resesi dan Gejolak Pilpres AS, Sektor Apa yang Masih Berpotensi Cuan?

Kompas.com - 06/11/2020, 09:09 WIB
Kiki Safitri,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal III tahun 2020 kembali minus, yakni -3,49 persen.

Maka dari itu, jelas sudah Indonesia mengalami resesi setelah pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2020 juga mencatat pertumbuhan (minus) -5,32 persen.

Di sisi lain, Amerika Serikat saat ini sedang menggelar pemilihan presiden AS. Pertarungan cukup ketat antara Joe Biden dan Donald Trump.

Baca juga: Nasib IHSG Bergantung Pada Pilpres AS dan Resesi, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Namun, sejauh ini posisi Biden masih lebih unggul daripada Trump.

Di sisi lain, proyeksi gelomabng biru tampaknya tidak terjadi, dan senat masih mayoritas dari partai Republik.

Di antara dua sentimen yang terjadi, lalu sektor apa yang masih berpotensi cuan?

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia memang masih kontraksi, namun paling tidak lebih baik daripada pertumbuhan ekonomi pada kuartal II tahun 2020.

Di bilang, beberapa sektor yang masih berpeluang cuan adalah sektor komoditas dan sektor yang berkaitan dengan green energy.

“Karena Biden menang, dollar AS bisa melemah dan itu bagus untuk saham komoditas. Selain itu, Biden juga pro terhadap isu lingkungan sehingga green energy akan naik dan itu akan mendorong saham komoditas seperti nikel dan timah, demikian juga dengan CPO,” jelas Hans kepada Kompas.com, Jumat (6/11/2020).

Hans bilang, pengumuman PDB kuartal III memang tidak terlalu menjadi perhatian pasar, demikian juga dengan resesi.

Baca juga: Dampak Pandemi: Indonesia Resesi, Pengangguran Tembus 9,77 Juta

Namun, saat ini pasar masih khawatir dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV tahun 2020.

“Pasar enggak terlalu khawatir, namun pasar sekarang sedang menantikan pertumbuhan ekonomi kuartal IV tahun 2020, kira-kira Indonesia bisa tumbuh berapa gitu? Tapi nampaknya di kuartal IV masih minus ya, dan enggak besar pengaruhnya ke pasar saham kita,” jelas dia.

Hans mengatakan, saat ini yang lebih dominan mempengaruhi pasar adalah Pilpres AS daripada pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dia menambahkan, dengan potensi kemengangan Biden, dan senat yang mayoritas dari partai Republik, maka kemungkinan stimulus yang dikucurkan akan lebih kecil yang membuat asset emerging market lebih menarik.

“Tidak ada stimulus yang terlalu besar, dan itu membuat FED lebih agresif mnyalurkan QE-nya dan menyebabkan bunga tetap rendah dalam kurun watu panjang, sehingga asset emerging market lebih diminati,” tegas Hans.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com