Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PR Berat Menteri KKP: Selaraskan Kebijakan dengan Prinsip Ekonomi Keberlanjutan

Kompas.com - 24/12/2020, 18:40 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wacana keberlanjutan dalam sektor bahari sudah sejak lama dibahas. Namun CEO Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) Mas Achmad Santosa menilai, masih ada jarak (gap) antara kebijakan yang mendukung keberlanjutan dengan pelaksanaannya.

Padahal, secara tekstual, sebenarnya sudah terdapat kesesuaian antara kebijakan kelautan nasional yang ada saat ini dengan prinsip keberlanjutan atau sustainable ocean economy (SOE).

Beberapa kebijakan yang dimaksud, antara lain mulai UUD 1945, Undang-Undang, hingga Peraturan Presiden yang mengatur tentang keberlanjutan tersebut.

"Persoalannya di level aksi. Birokrasi kita cara pandangnya heavy economic growth dan ingin quick win sekalipun itu merusak ekosistem. Jadi ini tantangan untuk Pak Jokowi, Menko Perekonomian, dan Menteri Kelautan dan Perikanan yang baru," kata Mas Achmad Santosa saat dihubungi Kompas.com, Kamis (24/12/2020).

Baca juga: Baru Dilantik Jadi Menteri KP, Trenggono Tak Sabar Bertemu Nelayan

Pria yang akrab disapa Otta ini menuturkan, cara pandang menteri-menteri dan kepala daerah dengan paradigma SOE masih sangat berbeda.

Padahal sebetulnya, investasi hijau (green investment) di laut sangat menguntungkan secara ekonomi dibanding biaya yang dikeluarkan untuk mengimplementasikannya.

Mengutip laporan High Level Panel for a Sustainable Ocean Economy, perbandingan antara nilai keuntungan manfaat ekonomi dengan biaya konservasi dan restorasi mangrove adalah 3 banding 1, dengan taksiran nilai ekonomi yang didapat sebesar 200 miliar dollar AS.

"Intinya SOE ini adalah peluang Indonesia apakah mampu kita mendorong ekonomi kelautan yang mendorong tripple win," ungkap Otta.

Adapun tripple win terdiri dari penjagaan daya dukung ekosistem laut agar berkelanjutan (protect effectively), pemanfaatan ekonomi kelautan tanpa merusak ekosistem (produce sustainably), dan penyejahteraan atau pendistribusian manfaat bagi rakyat secara merata dan berkeadilan (prosper equitably).

Lebih lanjut Otta menuturkan, pemerintah perlu membuat tim pakar untuk menyusun status kekayaan laut, kesehatan laut, dan assesment terhadap pendistribusian manfaat laut yang adil.

Tim yang terdiri dari pakar independen dan pemangku kepentingan ini diperlukan sebab pengambilan keputusan tentang SOE membutuhkan data dan informasi yang scientific dan reliable.

"Apakah laut yang membentang luas sudah berkontribusi untuk mengatasi kemiskinan masyarakat pesisir dan nelayan kecil? Kita butuh dokumen itu yang disusun oleh pakar-pakar," pungkasnya.

Baca juga: KKP Tangkap Kapal Illegal Fishing, Menteri KP Ad Interim Sebut Pengawasan Tidak Pernah Kendur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com