Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kunci Mengentaskan Kemiskinan, Indonesia Harus Contoh 3 Negara Ini

Kompas.com - 16/03/2021, 20:45 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro mengungkapkan Indonesia harus mencontoh tiga negara di Asia agar menjadi negara berpendapatan tinggi alias negara maju.

Tiga negara tersebut, antara lain China, Jepang, dan Korea Selatan. Tiga negara itu menyandingkan inovasi dan investasi sehingga mampu mengentaskan kemiskinan dan mengecilkan disparitas antara si kaya dengan si miskin.

"Inilah yang harus kita jadikan pelajaran, di mana ekonomi berbasis inovasi tidak hanya berorientasi pertumbuhan, tapi orientasi pada pengentasan kemiskinan dan pemerataan," kata Bambang dalam dalam Kompas Talks bersama KSI Improving the Knowledge & Innovation Ecosystem for a Better Indonesia secara daring, Selasa (16/3/2021).

Baca juga: Sri Mulyani: Perlu Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen agar Indonesia Jadi Negara Maju

Bambang menyebut, investasi yang bersanding dengan inovasi membuat angka pertumbuhan investasi dari tahun ke tahun berkesinambungan.

Hal ini tentu berbeda dari investasi yang ditawarkan Indonesia pada tahun 1990-an. Pada masa itu, Indonesia hanya mendorong pertumbuhan investasi melalui daya tarik iklim investasi, yakni menawarkan upah buruh yang murah.

Ketika semua negara menggunakan pendekatan yang sama, Indonesia lantas kehilangan daya tariknya. Pertumbuhan ekonomi yang kala itu mencapai 7-8 persen lambat laut menurun jadi 5 persen karena hanya ditopang oleh konsumsi rumah tangga.

"Ternyata iklim investasi sangat dinamis. Itulah kenapa harus seperti Korea Selatan dan Jepang, investasi dan inovasi beriringan sehingga investasi terus tumbuh, karena selalu ada inovasi yang mendorong adanya investasi baru atau ekspansi dari investasi itu sendiri," jelas Bambang.

Meski demikian, inovasi yang ditawarkan Indonesia harus berbeda dari tiga negara itu. Jika inovasi Jepang dan Korea Selatan berbasis pada teknologi, Indonesia harus berbasis pada sumber daya alam mengingat ada keanekaragaman hayati yang melimpah.

Baca juga: Luhut: Potensi Sumber Daya Alam Bisa Buat Indonesia Jadi Negara Maju

Tapi di sisi lain, inovasi di bidang teknologi harus diterapkan dalam revolusi industri 4.0.

"Kalau fokus di dua sektor itu, kita punya jalur untuk memulai menata diri sehingga pertumbuhan ekonomi lebih cepat, dan kita lolos dari middle income trap pada tahun 2045," ujar Bambang.

Dengan begitu lanjut dia, ekonomi Indonesia akan berbasis pada ekonomi inklusif seperti negara China. Saat ini, China menjadi salah satu negara berpendapatan tinggi dan berhasil mengurangi tingkat kemiskinan secara drastis.

"Maka usulan kami adalah, menyandingkan dua kata yang dimulai oleh (huruf) I, yaitu inovasi dan investasi, sebagai kunci pertumbuhan ekonomi indonesia," pungkas Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com