Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Menepis Pandangan Berbisnis yang Menyesatkan

Kompas.com - 08/03/2022, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Frangky Selamat

JIKA ditelusuri, sekolah bisnis atau fakultas ekonomi dan bisnis atau apapun namanya memiliki peserta didik paling banyak di Indonesia.

Mungkin alasan positif yang bisa dikemukakan adalah minat kalangan muda untuk menjadi pebisnis amat besar atau niat berkecimpung di dalam dunia bisnis begitu kuat karena dibutuhkan sehingga mudah terserap dunia usaha.

Ada alasan kurang bagus yang lain seperti dianggap mudah lulus, tidak berat mengikuti proses pembelajaran dan mengganggap remeh materi yang disampaikan.

Karena memandang remeh, maka bermunculan pandangan berbisnis yang dianggap benar secara praktik, tetapi justru menyesatkan kalangan muda.

Banyak pandangan berbisnis yang digali dari praktik sehari-hari yang dianggap benar karena memperlihatkan contoh sukses, walau bersifat jangka pendek dan keberlanjutannya pun dipertanyakan.

Sebagian kalangan muda yang suka silau dengan contoh-contoh instan yang dipandang berhasil kerap terjebak dalam pemikiran keliru.

Sebanyak lima hal dibahas berikut ini, yang mudah-mudahan saja bisa menyadarkan bagi mereka yang selama ini begitu meyakini, mendalami, bahkan menjalankannya dengan penuh keyakinan.

Pertama, modal berbisnis yang utama dan pertama adalah finansial.

Jika kalangan muda ditanya apa yang akan mereka kerjakan untuk memulai bisnis? Jawabannya hampir seragam: menyiapkan modal finansial. Seolah hanya dengan modal keuangan saja, bisnis sudah bisa dibangun dan dijalankan.

Allen (2012) menyatakan bahwa terdapat tiga sumber daya bisnis rintisan, yaitu: pertama, manusia (tim), kedua berupa aset fisik seperti peralatan, persediaan, kantor atau pabrik, dan ketiga baru sumber daya finansial.

Hal ini sudah cukup jelas menandakan bahwa modal utama yang pertama adalah tim pendiri (founding team), modal finansial nomor tiga.

Maka hal yang perlu dipersiapkan untuk membangun bisnis adalah tim pendiri yang solid. Idealnya memiliki kompetensi berbeda, seperti pemasaran, keuangan, operasional, desain, dan legal.

Menghindari tim dengan kompetensi sama adalah saran yang patut diperhatikan.

Mungkin ada yang penasaran kenapa bukan modal finansial yang pertama. Mudah saja untuk menjelaskannya.

Jika pada hari ini seorang muda diberikan modal uang senilai Rp 500 juta, apakah bisa menjamin langsung membuka dan menjalankan usaha? Belum tentu juga.

Yang ada malah bingung, uang sebesar itu mau diapakan. Atau malah disimpan di “celengan ayam-ayaman”.

Kedua, fokus pada kemampuan diri yang dianggap unggul, bukan pada pasar yang dilayani.

Seorang kawan yang sedang merintis usaha indekos dengan bangga memperlihatkan konsep bisnis kos yang diyakini belum ada sebelumnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com