Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Neraca Perdagangan RI Surplus 22 Bulan Berturut-turut

Kompas.com - 15/03/2022, 12:20 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus pada Februari 2022. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, surplus neraca perdagangan mencapai 3,83 miliar dollar AS.

Surplus neraca perdagangan terjadi lantaran nilai ekspor masih lebih besar ketimbang nilai impor. Tercatat sepanjang Februari 2022, ekspor mencapai 20,46 miliar dollar AS atau naik 34,14 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Sementara itu, nilai Impor Februari 2022 sebesar 16,64 miliar dollar AS. Dengan begitu, neraca dagang RI mengalami surplus 22 bulan berturut-turut.

"Berdasarkan data ekspor impor terjadi surplus 3,83 miliar dollar AS di bulan Februari 2022. Trennya terjadi (selama) 22 bulan terakhir secara beruntun Indonesia mengalami surplus," kata Kepala Badan Pusat Statistik Margo Yuwono dalam konferensi pers, Selasa (15/3/2022).

Baca juga: GoTo IPO di Indonesia, Boy Thohir: Bukti Perusahaan Ingin Bertumbuh Bersama Indonesia

Margo mengungkapkan, komoditas penyumbang surplus terbesar selama Februari 2022 adalah lemak dan minyak hewan nabati (HS 15), bahan bakar mineral (HS 27), serta besi dan baja (HS 72).

Ada tiga negara penyumbang surplus terbesar, yakni AS, Filipina, dan India. Dengan AS misalnya, Indonesia masih mengalami surplus mencapai 1,86 miliar dollar AS.

"Sekali lagi harapan kita, tren ini terus terjaga sehingga pemulihan ekonomi bisa berlangsung cukup cepat," harap Margo.

Dengan AS, ditopang oleh komoditas pakaian dan aksesories rajutan serta komoditas pakaian dan aksesories bukan rajutan. Selain AS, RI juga mengalami surplus dengan Filipina dan India.

"Komoditas yang mengalami surplus dengan India adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati. Terakhir, komoditas yang surplus dengan Filipina adalah bahan bakar mineral, serta kendaraan dan bagiannya," ucap Margo.

Baca juga: Profil Grace Tahir, Ayahnya Orang Terkaya RI Pendiri Mayapada Group, Ibu dari Keluarga Lippo Group

Defisit dengan China, Thailand, dan Australia

Kendati demikian, RI masih mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara, salah satunya China. Defisit neraca perdagangan dengan Negeri Tirai Bambu itu mencapai 909,4 juta dollar AS.

Komoditas dominan penyumbang defisit yakni mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84), serta mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85).

Indonesia juga mengalami defisit dengan Thailand dan Australia. Dengan Thailand, neraca perdagangan defisit sekitar 539,8 juta dollar AS. Komoditas penyumbang defisit dengan negara ini adalah gula dan kembang gula (HS 17).

Sedangkan defisit dengan Australia mencapai 403,6 juta dollar AS, dengan komoditasnya berupa serelia (HS 10) dan bahan bakar mineral (HS 27)

Baca juga: Kemenhub Siapkan Tempat Tidur Gratis untuk Penonton MotoGP Mandalika

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com