Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tips Mengatur Pengeluaran Lebaran agar Keuangan Tetap Sehat

Kompas.com - 26/04/2022, 11:10 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Memiliki keterampilan mengatur keuangan merupakan skill yang perlu dikuasai masyarakat, apalagi menjelang Lebaran.

Aktivitas belanja masyarakat cenderung meningkat menjelang Lebaran. Untuk itu, masyarakat perlu mengatur rencana dan mengencangkan ikat pinggang untuk masa-masa setelah Lebaran.

Dengan memiliki keterampilan dalam mengatur keuangan yang baik, seseorang dapat melacak dan merencanakan arus keuangan dengan baik, bahkan setelah masa Ramadhan usai.

Baca juga: Sambut Lebaran 2022, BRI Siapkan Uang Tunai Rp 46,8 Triliun

Financial Planning Coach Emtrade Aulia Akbar menjelaskan, dalam mengatur pengeluaran seseorang perlu untuk membedakan terlebih dahulu mana pengeluaran tetap dan pengeluaran tidak tetap.

Ia menjelaskan, pengeluaran tetap adalah pengeluaran yang tidak dapat diganggu gugat dan tidak dapat ditunda. Sementara, pengeluaran tidak tetap dapat diartikan sebagai pengeluaran yang dapat berubah, sifatnya tidak harus keluar.

Namun demikian, tanpa penghitungan yang matang, pengeluaran tidak tetap ini justru dapat membebani pengeluaran seseorang secara keseluruhan.

"Untuk menghitung pengeluaran tidak tetap atau variable expense, lakukanlah rata-rata penghitungan selama 3 bulan atau lebih. Kemudian, tentukan besaran pengeluaran ini di awal bulan setelah menerima pemasukan," kata dia dalam acara Tanya DANA: Keuangan Aman Pasca Ramadhan, Senin (25/4/2022).

Aulia mengilustrasikan, misalnya ambil rata-rata uang yang dikeluarkan dalam 3 bulan untuk minum kopi, kalau jumlah pengeluaran di bulan selanjutnya di atas angka tersebut berarti dapat dikatakan seseorang itu boros. Sebaliknya, kalau pada bulan selanjutnya pengeluaran untuk minum kopi ada di bawah rata-rata, seseorang sudah tergolong melakukan penghematan.

Ia pun menekankan pentingnya untuk mencatat pengeluaran dan pemasukan secara bulanan atau tahunan. Dengan demikian, seseorang dapat melihat kesehatan keuangannya. Selain itu, bagi pekerja yang memiliki beberapa sumber pemasukan, hal ini juga berguna saat pelaporan pajak.

"Hal lain yang juga penting, dengan memiliki laporan keuangan dalam setahun, seseorang dapat mengerti kira-kira berapa banyak uang yang dapat ia tabung dan alokasi untuk investasi," imbuh dia.

Baca juga: Tips Bagi-bagi Angpao Lebaran agar Tak Ganggu Keuangan Pribadi

Menurut Aulia, tiga jenis pengeluaran. Pertama, adalah pengeluaran wajib. Ini merupakan pengeluaran yang jumlahnya tidak dapat dipotong misalnya pengeluaran untuk pajak, utang, dan biaya sekolah.

Jenis kedua adalah pengeluaran butuh. Pengeluaran ini meliputi biaya untuk tempat tinggal, makanan, pakaian, dan internet untuk kegiatan produktif.

Sementara, jenis pengeluaran yang terakhir adalah pengeluaran ingin. Pengeluaran ini meliputi biaya yang dikeluarkan untuk hiburan, belanja barang bermerek, jalan-jalan, dan makan di restoran.

"Kalau ingin berhemat dengan memotong pengeluaran mulailah dari pengeluaran yang terakhir (pengeluaran ingin), karena dampaknya paling minim," tandas dia.

Baca juga: Tips Cara Bijak Atur Pengeluaran THR

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com