Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

OECD Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Jadi 4,7 Persen

Kompas.com - 24/11/2022, 11:17 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 menjadi 4,7 persen. Sebelumnya OECD memproyeksikan ekonomi RI tumbuh 4,8 persen di tahun depan.

Proyeksi tersebut juga lebih rendah dibandingkan asumsi pertumbuhan ekonomi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 yang sebesar 5,3 persen.

Mengutip laporan OECD Economic Outlook edisi November 2022, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia justru lebih baik di tahun ini. Lembaga ini memproyeksi ekonomi RI di 2022 akan tumbuh lebih moderat sebesar 5,3 persen.

Baca juga: Bos BI Sebut 5 Faktor Ini Berpotensi Sebabkan Gejolak Ekonomi Global

Menurut OECD di tengah kondisi pelemahan ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap stabil. Pertumbuhan didorong permintaan yang masih kuat pada komoditas ekspor Indonesia, serta konsumsi yang sempat tertahan akibat pandemi Covid-19.

"Pada tahun 2023, meskipun ketidakpastian global meningkat, permintaan komoditas ekspor diproyeksikan tetap tinggi," tulis OECD dalam laporannya yang dikutip Kamis (24/11/2022).

Harga komoditas yang tinggi dan arus masuk modal yang tetap kuat menjadi keuntungan bagi Indonesia, sehingga bisa membantu melawan ketidakpastian global yang kuat.

Meski demikian, OECD memandang permintaan domestik dan pertumbuhan konsumsi swasta akan tertahan karena laju inflasi yang masih tinggi. Tetapi untuk investasi berupa belanja modal masih akan meningkat secara signifikan.

Selain inflasi, kondisi ekonomi domestik di 2023 juga masih akan dibayangi persoalan global terkait energi, pupuk, dan pangan. Serta dibayangi dinamika politik menjelang Pemilihan Presiden pada 2024 yang bakal mulai terasa di tahun depan.

“Gejolak politik serta ketegangan sosial menjelang pemilihan presiden dapat mendistorsi persepsi investor internasional terhadap kekuatan perekonomian Indonesia,” ungkap OECD.

OECD pun menyarankan, agar tahun depan kebijakan fiskal dan moneter Indonesia harus tetap ketat, sementara dukungan untuk konsumsi rumah tangga rentan harus dipertahankan.

Dalam jangka menengah, pemerintah juga harus mendukung peningkatan produktivitas melalui pengembangan sumber daya manusia yang tepat, serta menghilangkan hambatan kegiatan usaha dan restrukturisasi badan usaha milik negara (BUMN).

Selain itu, diperlukan pula penguatan kemandirian dan profesionalisme Indonesia Investment Authority (INA), lembaga pengelola investasi dana kekayaan negara (sovereign wealth fund) yang baru dibentuk.

"Sisi baiknya, dampak terhadap hasil potensial dari reformasi yang diberlakukan dalam beberapa tahun terakhir untuk meliberalisasi pasar tenaga kerja mungkin ternyata lebih besar dari yang diharapkan," tulis lembaga itu.

Baca juga: Indef Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2022 Capai 5,1 persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengusaha Ritel: Pembatasan Pembelian Gula Bukan karena Stok Kosong

Pengusaha Ritel: Pembatasan Pembelian Gula Bukan karena Stok Kosong

Whats New
Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Whats New
Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Whats New
Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Whats New
Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Whats New
IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

Whats New
Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Whats New
Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Whats New
Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Whats New
Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Rilis
Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Whats New
Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Whats New
IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com