Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Juky Mariska

Bergabung dengan OCBC NISP sejak tahun 2014 dan kini menjabat sebagai Executive Vice President, Wealth Management Head

Menantikan Perubahan Kebijakan Bank Sentral

Kompas.com - 26/05/2023, 08:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MUSIM laporan keuangan korporasi kuartal I – 2023, yang dimulai minggu kedua April, menjadi acuan kondisi ekonomi secara global, baik di negara maju maupun negara berkembang.

Berdasarkan data Factset pada akhir April 2023, sebanyak 79 persen perusahaan yang tergabung dalam indeks S&P 500 melaporkan laba per saham yang positif, dan 74 persen lainnya melaporkan laba di atas ekspektasi.

Rilisan laporan keuangan positif tersebut membuat sebagian besar indeks utama negara maju bergerak positif.

Namun di sisi lain, pasar keuangan global masih memiliki beberapa tantangan. Konflik Rusia dan Ukraina yang masih berlangsung, ketegangan antara AS dan China yang masih terjadi, terutama terkait issue dengan Taiwan, serta ketidakpastian pagu anggaran pemerintah AS atau “debt ceiling” menjadi produk politik di AS, dapat menimbulkan kegagalan keberlangsungan pemerintahan.

Menteri Keuangan AS, Janet Yellen memperingatkan pemerintah AS akan mengalami gagal bayar atas semua kewajiban, jika sampai 1 Juni 2023 belum ada kesepakatan untuk menambah batas atas anggaran yang saat ini berada di kisaran 31 triliun dollar AS.

Pada saat yang sama, perhatian pasar juga tertuju pada perekonomian AS yang tumbuh 2,1 persen. Angka pengangguran turun di bawah 4 persen dan inflasi inti mencapai 5,4 persen.

Tahun ini, kami menilai kemungkinan yang lebih kecil akan memanasnya ekonomi AS karena The Fed telah menaikkan suku bunga secara agresif untuk menahan laju inflasi, namun risiko perlambatan ekonomi akan sulit dihindari.

Idealnya, kenaikan suku bunga The Fed akan mengakibatkan pelemahan ekonomi yang moderat dengan menurunkan inflasi inti di bawah 3 persen pada akhir tahun, dan akan mencapai target 2 persen pada 2024.

Meskipun demikian, kami memperkirakan kenaikan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin bulan Mei menjadi 5,00 persen - 5,25 persen akan menjadi akhir dari siklus pengetatannya.

Namun, kami tidak melihat adanya potensi bank sentral untuk memangkas suku bunga pada akhir tahun, walaupun risiko perlambatan ekonomi di depan mata dan inflasi tetap berada di atas target 2 persen.

Oleh karena itu, investor harus tetap berhati-hati dan tidak terlalu berharap bank sentral untuk memangkas suku bunga awal pada semester kedua tahun ini.

Di Asia, perekonomian China masih belum stabil, terlihat dari angka pertumbuhan sektor manufaktur pada April yang masuk pada zona kontraksi 49,2 dibandingkan periode sebelumnya di level 51,4.

Pasar saham China dan Hong Kong mengalami penurunan pada April, belum pulihnya sektor manufaktur China berkorelasi dengan rendahnya permintaan pasar.

Namun demikian, data makro yang kuat akan mendukung stabilisasi dan pemulihan laba di semester kedua 2023. Konsumsi domestik diperkirakan akan semakin pulih. Pemesanan traveling untuk liburan Hari Buruh terlihat telah melampaui level 2019.

Meskipun demikian, ketegangan geopolitik China-AS masih akan menjadi perhatian, setelah adanya laporan bahwa Presiden AS Joe Biden akan menandatangani Perintah Eksekutif yang akan membatasi investasi langsung AS di bidang teknologi tertentu.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com