Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

IKI Juni 2023 Meningkat, Kemenperin Sebut Pertumbuhan Ekonomi RI Meningkat

Kompas.com - 29/06/2023, 10:13 WIB
Tim Konten,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arif mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia terus mengalami peningkatan.

Peningkatan kondisi ekonomi ini terlihat dari beberapa indikator makro, seperti stabilitas nilai tukar rupiah dan penurunan inflasi yang mengurangi tekanan pada suku bunga.

Pada Mei 2023, inflasi cenderung menurun akibat penurunan harga komoditas dan energi, serta kebijakan moneter yang ketat dari bank sentral. 

Sementara itu, kinerja industri juga mengalami pertumbuhan yang pesat. Hal ini tercermin pada nilai Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Juni pada 2023 yang menunjukkan peningkatan  signifikan.

"IKI Juni 2023 mencapai 53,93 (poin), naik sebanyak 3,03 poin dibandingkan dengan Mei 2023. Angka ini juga merupakan nilai tertinggi sejak IKI pertama kali dirilis pada November 2022," ungkap Febri dikutip dari rilis resmi yang diterima Kompas.com, Kamis (29/6/2023).

Baca juga: Industri Tekstil Kontraksi, Kemenperin: Imbas Inflasi AS dan Eropa, Permintaan Ekspor Turun

Febri menjelaskan bahwa semua variabel yang membentuk IKI Juni 2023 juga mengalami kenaikan. 

Rinciannya variabel pesanan baru meningkat sebesar 4,97 poin menjadi 54,81, variabel produksi naik 4,85 poin menjadi 54,86, sementara variabel persediaan mengalami penurunan sebesar 4,56 poin menjadi 50,34. 

"Pesanan domestik tetap menjadi faktor dominan yang memengaruhi variabel pesanan baru," lanjutnya.

Menurutnya, peningkatan IKI pada Juni 2023 didorong oleh peningkatan IKI di 21 subsektor industri. Tidak hanya nilai IKI yang meningkat, beberapa subsektor juga mencatatkan ekspansi setelah sebelumnya selalu mengalami kontraksi. 

"Dari total 23 subsektor industri, delapan subsektor mengalami perubahan dari kontraksi menjadi ekspansi pada Juni 2023," ujarnya.

Kedelapan subsektor tersebut meliputi industri kertas dan barang dari kertas; industri karet, barang karet dan plastik; industri pencetakan dan reproduksi media rekaman; serta industri pengolahan tembakau. 

Baca juga: Kemenperin Minta Barang Tekstil Impor di Marketplace Diawasi Ketat

Terdapat juga industri barang galian bukan logam; industri farmasi; obat kimia dan tradisional; industri pakaian jadi; dan industri logam dasar. 

"Tiga subsektor yang masih mengalami kontraksi adalah industri tekstil, industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki, serta industri pengolahan lainnya," jelas Febri.

Menanggapi industri tekstil dan industri kulit yang masih mengalami kontraksi, Direktur Industri Aneka dan Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, dan Kerajinan, Ni Nyoman Ambareny mengungkapkan beberapa masalah yang dihadapi.

Salah satunya, problem yang dirasakan oleh industri berorientasi ekspor, seperti industri alat musik, industri mainan, industri alat tulis, industri alat olahraga, dan industri bulu mata palsu.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com