KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

Cerita Membangun Budaya

Kompas.com - 16/09/2023, 07:58 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KITA tahu betapa sulitnya mengajarkan suatu nilai-nilai kepada individu, baik dalam organisasi maupun negara. Program penataran selalu menjadi program wajib di semua institusi pendidikan ketika individu bergabung dengan lembaga-lembaga negara.

Namun, berdasarkan indeks korupsi dari Corruption Perceptions Index 2022, Indonesia menduduki peringkat ke-110. Posisi jauh di bawah negara tetangga Malaysia yang berada di peringkat ke-65. Bahkan, negara kecil yang menempel dengan kepulauan kita, Singapura, berada di posisi 5 teratas.

Hal ini menunjukkan bahwa membangun budaya dan menyuntikkan nilai tidak bisa dilakukan lewat ajaran konsep dan teori semata. Apalagi, bila praktik di lapangan yang kita lihat sangat jauh berbeda dengan apa yang diajarkan di bangku-bangku kelas.

Saat sebuah organisasi sedang menyosialisasikan nilai human-centric, pimpinan perusahaan tidak bisa menahan emosinya dan merusakkan komputer karyawan yang ditinggal pulang dalam keadaan masih menyala. Cerita ini dengan cepat beredar ke segenap insan di organisasi tersebut. Sosialisasi nilai yang diupayakan oleh divisi SDM pun lenyap tertelan angin.

Membangun budaya memang sulit bila kita ingin budaya tersebut benar-benar meresap dalam jiwa segenap insan di organisasi. Budaya tidak teraba atau teraga sehingga sulit sekali dikendalikan.

Ada organisasi yang melatih orang-orang terpilih dengan harapan mereka menjadi agen-agen perubahan di seluruh penjuru organisasi. Ada yang membuat event-event besar untuk mengumandangkan budaya tersebut agar dikenal oleh seluruh karyawannya.

Ada juga organisasi yang membuat beragam program untuk menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan baru yang selaras dengan perilaku budaya yang ingin ditanamkan. Beragam usaha dilakukan oleh organisasi untuk menumbuhkan budaya sesuai dengan harapan para founding fathers.

Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan pernah mengeluarkan buku yang diberi judul Berkah. Buku ini berisi tentang kisah bagaimana para karyawan menghadapi beragam tantangan dan mensyukuri perjalanan hidup mereka.

Buku yang dimaksudkan untuk menyuntikkan nilai-nilai integritas itu memang terasa lebih menggigit ketimbang sekadar aturan do’s and don’ts yang biasa kita lihat di tembok-tembok kantor.

Ajaran mengenai kebaikan dan keburukan beserta dengan dampak-dampaknya sebenarnya telah kita dapatkan sejak kecil. Nilai-nilai ini pun masih bertahan dalam benak ingatan kita sampai sekarang melalui cerita-cerita.

Pada masa kecil, kita menikmati kisah kecerdikan si kancil, Bawang Merah Bawang Putih, Malin Kundang, dan banyak cerita lainnya yang mengajarkan nilai-nilai kehidupan.

Nilai-nilai keagamaan yang diajarkan kepada kita pun banyak yang dilakukan melalui cerita-cerita kehidupan para nabi dan orang suci. Tanpa kita sadari, cerita-cerita ini tertanam dengan kuat dalam ingatan kita, bahkan mungkin memengaruhi cara kita berperilaku dan mengambil keputusan.

Cerita-cerita seperti itu juga tidak mengenal batas. Kisah-kisah Mahabarata serta 1001 Malam dari negara-negara seberang lautan pun sudah kita kenal jauh sebelum zaman media sosial dan berpengaruh dalam banyak aspek budaya kita.

Betapa kuatnya sebuah cerita menyebar dan mengubah pandangan hidup seseorang, bahkan menggerakkannya. Mengapa tidak menggunakan cerita tersebut untuk mengembangkan budaya organisasi kita?

Nyata dan asli

Kisah-kisah hidup perjuangan para founding fathers sebenarnya merupakan materi yang sangat bagus untuk menggugah semangat para karyawan. Chairman Kawan Lama Group Bapak Kuncoro Wibowo melalui bukunya Cahaya Makna Kehidupan menyampaikan kisah bagaimana ia membangun bisnisnya dari sebuah kios perkakas kecil menjadi megastore.

Eileen Rachman.Dok. EXPERD Eileen Rachman.

Cerita mengenai masa kecilnya yang selalu duduk sekeluarga untuk makan malam bersama dengan momen sang ayah memberikan wejangan-wejangan dan pengajaran hidupnya menjadi sebuah kebiasaan yang dibawa sampai sekarang bersama dengan keluarga besar Kawan Lama Group.

Kebersamaan itu menjadi penting karena baginya Kawan Lama adalah sebuah bisnis untuk keluarga dengan misi membawa kehidupan yang lebih baik. Ia juga menceritakan bagaimana ibunya yang setiap akhir minggu memasak makanan mengundang teman-teman dan tetangga untuk bercengkerama sambil makan bersama. Dari sinilah, bibit keterampilan networking yang menjadi kunci kesuksesan bisnis Kawan Lama pun bertumbuh.

Tentunya, ada sejumlah risiko saat mengungkapkan cerita pribadi dan membuka diri kita. Kita tidak tahu dan tidak bisa mengontrol bagaimana reaksi orang-orang. Namun, efek positifnya pastilah lebih besar. Sebab, bagaimana lagi kita meyakinkan orang lain tentang dampak positif dari nilai yang ingin ditegakkan selain menggunakan diri sendiri sebagai contoh nyata?

Heroic dan WOW

Masihkah kita ingat pahlawan-pahlawan masa kecil kita dan betapa kita berusaha untuk meniru mereka? Mulai dari gaya berpakaian, perkataan sampai pada perbuatan mereka. Kisah mereka yang melakukan sesuatu yang luar biasa bagi orang lain, kesediaan untuk berkorban, kebaikan hati, selalu menginspirasi.

Hal itulah yang dilakukan oleh manajemen Hotel Ritz Carlton dalam menularkan nilai-nilai pelayanan mereka kepada semua jaringan hotelnya di seluruh dunia.

Dalam rapat harian yang dilakukan oleh seluruh karyawan Ritz Carlton, kisah-kisah mengenai bagaimana seorang insan di hotel ini melakukan upaya extra mile dalam memberikan servis WOW yang akan membuat tamu jatuh hati dibagikan secara luas.

Jadi, seorang petugas housekeeping di Ritz London akan mendengarkan cerita yang sama dengan seorang penjaga pintu di Ritz Hong Kong tentang bagaimana seorang koki di Ritz Bali mengupayakan bahan makanan khusus bagi tamu hotelnya dengan meminta ibu mertuanya yang sedang berada di Singapura membelikan untuknya dan menerbangkannya ke Bali.

Dengan pelayanan spektakuler seperti itu, keluarga tersebut tidak hanya akan selalu menginap di seluruh jaringan Hotel Ritz di mana pun mereka bepergian, mereka juga tentunya akan mengajak teman dan keluarganya melakukan hal serupa.

Penyebaran cerita seperti itu tidak saja membuat rekan-rekan lain mendapatkan contoh nyata mengenai penerapan nilai-nilai pelayanan organisasi, tetapi juga merupakan pemberian apresiasi kepada si pelaku.

Siapa yang tidak bangga mengetahui bahwa perjuangannya mendapatkan pengakuan seperti itu dari organisasi? Cerita heroik seperti ini akan berkembang bagai virus dan dengan mudah memengaruhi budaya.

Melalui cerita, para karyawan akan lebih terbuka dan bersemangat mendiskusikan tentang nilai-nilai organisasi dan bagaimana mereka dapat menerapkannya dalam peran mereka masing-masing.


Terkini Lainnya

komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com