Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bursa Karbon Sepi Peminat, OJK: Jangan Bandingkan dengan Saham

Kompas.com - 09/10/2023, 20:40 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjelaskan perbedaan antara bursa saham dan bursa karbon. Hal tersebut terkait dengan perdagangan di bursa karbon yang dinilai sepi.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan, transaksi yang terjadi di bursa saham dan bursa karbon memiliki perbedaan.

"Perlu untuk tidak membandingkan dengan pasar equity. Karakternya itu berbeda, dan tentunya (bursa karbon) bukan perdagangan yang spekulasi, jual beli dalam satu hari akan keluar," kata dia dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK), Senin (9/10/2023).

Ia menambahkan, berdasarkan evaluasi yang dilakukan secara berkala perdagangan karbon mengalami perkembangan yang dinilai baik.

Baca juga: Bursa Karbon Sepi Transaksi, BEI Lakukan Sejumlah Strategi

Hal tersebut terlihat ketika perdagangan karbon Indonesia disandingkan dengan praktik yang terjadi di Singapura dan Malaysia.

"Butuh waktu, Malaysia untuk dapat ada perdaganan aktif itu dibutuhkan waktu lebih dari satu tahun," imbuh dia.

Lebih lanjut Inarno menerangkan pada periode 26-29 September 2023, perdagangan di bursa karbon telah mencapai Rp 29,2 miliar dengan jumlah unit karbon yang diperdagangkan mencapai 460.000 ton CO2 ekuivalen.

Jumlah tersebut mencakup 15 pelaku perusahaan pembeli dan Pertamina Geothermal Energi sebagai panjual unit karbon.

Baca juga: Bursa Karbon Catat Transaksi 14 Ton Karbon Senilai Rp 974.000

Menurut Inarno, jumlah tersebut termasuk jumlah yang sangat baik sebagai permulaan.

"Diharapkan dalam waktu dekan ada lagi satu lagi yagn listing di Indonesia Carbon Exchange (ICX)," ungkap dia.

Ke depan, OJK akan terus mengkaji perkembangan bursa karbon dan berkolaborasi dengan Kementerian LHK, Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, dan Kemenko Maritim dan Investasi.

"Kami berharap ke depan supply-nya makin banyak dan demand-nya pun juga semakin banyak," tutup dia.

Baca juga: Borong 3.000 Ton Karbon, Bank Mandiri Jadi Pionir Perdagangan Bursa Karbon

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com