Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurangi Pestisida, Petani di Tuban Didorong Pakai Kompos Limbah Organik

Kompas.com - 08/11/2023, 18:26 WIB
Aprillia Ika

Editor

BOJONEGORO, KOMPAS.com - Para petani di Desa Rahayu, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban Jawa Timur didorong menggunakan kompos limbah organik, untuk mengurangi dampak lingkungan penggunaan pestisida.

Untuk itu, Pertamina EP Sukowati Field menggagas program Prabu Kresna (Petani Rahayu Bersatu Kreatif Sehat dan Sejahtera) untuk pertanian berkelanjutan.

Dalam program ini, petani dikenalkan sistem swasembada pupuk melalui pengelolaan sistem Rumah Kompos (Rumpos) berbasis kelompok dengan sistem pola transaksi barter komoditas bahan limbah organik (kotoran ternak, hijauan, hama keong, dll) dengan produk pupuk kompos siap pakai.

"Program ini untuk menjaga keberlanjutan dan mendukung pemerintah menciptakan ketangguhan sektor pertanian di Indonesia. Program ini juga menghasilkan perbaikan kualitas lingkungan, sejalan dengan komitmen perusahaan dalam melakukan kinerja keberlanjutan melalui program Environmental, Social & Governance (ESG),” kata GM Zona 11 Muzwir Wiratama, melalui keterangan pers, Rabu (8/11/2023).

Selain pemanfaatan limbah organik, program ini juga mengembangkan pemanfaatan sulfur yang diolah menjadi bahan bangun material pembuatan rumah kompos.

Pemanfaatan sulfur ini menjadi salah satu upaya pengurangan timbunan sulfur sebagai solusi pencegahan permasalahan lingkungan bagi masyarakat.

Menjawab tantangan krisis pupuk

Field Manager PEP Sukowati Field Totok Parafianto mengatakan Program Prabu Kresna berhasil menjawab permasalahan krisis pupuk sebagai isu nasional saat ini, melalui sistem swasembada pupuk yang berbasis pada pengelolaan sistem Rumah Kompos (Rumpos) dengan pola transaksi natura.

Penerapan program ini berhasil melakukan perbaikan lingkungan khususnya pada aspek perbaikan tanah lahan pertanian serta perbaikan rantai ekosistem pada lahan pertanian, serta berdampak pada aspek sosial, ekonomi, dan kesejahteraan.

“Program ini mewujudkan langkah pasti sistem kehidupan berkelanjutan dan budaya berkelanjutan dimana masyarakat mulai kembali hidup dengan berbasis pada potensi lokal yang ada sekaligus menerapkan prinsip zero waste melalui pemanfaatan limbah-limbah yang ada serta penerapan efisiensi sumber daya sebagai bentuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim,” ujarnya.

Dampak sosial dan ekonomi

Inovasi sosial Prabu Kresna juga berhasil meningkatkan kapasitas masyarakat melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan, juga mendorong terciptanya kohesivitas masyarakat sasaran melalui upaya rekonsiliasi konflik terkait ketegangan sosial antara 2 dusun (Dusun Nggandu dan Dusun Kayunan) di Desa Rahayu akibat konflik politik lokal dan menghindari marginalisasi terhadap petani gurem terkait penyediaan akses irigasi.

Dampak dari program ini adalah peningkatan pendapatan petani gurem rata-rata Rp 5,3 juta, petani lahan Rp 22 juta dan buruh tani Rp 8,8 juta per musim tanam.

Selain itu dampak lingkungan terdapat pemanfaatan limbah kotoran ternak rata-rata 5.000 kg per bulan sebagai bahan utama pembuatan kompos dan pengurangan 400 kg pupuk kimia per Hektar per musim tanam yang meminimalisasi potensi terjadinya residu pada lahan pertanian seluas 1 Hektar.

Sutikno, ketua Gapoktan Rahayu, mengakui adanya perbedaan yang signifikan antara hasil panen pertanian organik dibanding metode konvensional.

“Dulu sebelum melaksanakan pertanian organik, kami hanya bisa paling banyak panen 2 ton per hektar. Saat ini di musim pertama pertanian organik kami mampu panen rata-rata 7 ton per hektar,” ungkap Sutikno.

Sebagai informasi, Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina merupakan pengelola hulu migas yang secara geografi tersebar di Jawa Timur, Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Papua yang terdiri dari asset offshore dan onshore.

Selain itu, terdapat 1 aset downstream yaitu Donggi Senoro LNG. Wilayah kerja di bawah Regional Indonesia Timur yaitu Zona 11 (Alas Dara Kemuning, Cepu, WMO, Randugunting, Sukowati, Poleng, Tuban East Java), Zona 12 (Jambaran Tiung Biru, Banyu Urip), Zona 13 (Donggi Matindok, Senoro Toili, Makasar Strait), dan Zona 14 (Papua, Salawati, Kepala Burung, Babar Selaru, Semai).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com