Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IHSG Fluktuatif di Awal Sesi, Rupiah Menguat

Kompas.com - 09/11/2023, 09:28 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak fluktuatif pada awal perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Kamis (9/11/2023). Sementara itu, mata uang garuda yang menguat pada perdagangan pasar spot.

Melansir data RTI, pukul 9.11 WIB, IHSG berada pada level 6.804,52 atau naik 0,01 persen (0,42 poin) dibanding penutupan sebelumnya pada level 6.804,1.

Sebanyak 216 saham melaju di zona hijau dan 165 saham di zona merah. Sedangkan 204 saham lainnya stagnan. Adapun nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 617 miliar dengan volume 1,31 miliar saham.

Pasar saham Asia pagi ini mayoritas berada di teritori positif. Shanghai Komposit pada posisi 3.053,94 atau naik 0,05 persen (1,5 poin), Nikkei menguat 0,68 persen (218,6 poin) pada level 32.385,19, dan Strait Times bertambah 0,32 persen (10 poin) pada level Rp 3.139,78. Sementara itu, Hang Seng Hong Kong melemah 0,25 persen (44,27 poin) pada posisi 17.524,18.

Baca juga: Mampukah IHSG Menguat Hari Ini? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Rupiah

Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot pagi ini menguat. Melansir data Bloomberg, pukul 09.04 WIB rupiah berada pada level Rp 15.646 per dollar AS, atau naik 4 poin (0,02 persen) dibanding penutupan sebelumnya di level Rp 15.650 per dollar AS.

Pengamat pasar keuangan Ariston Tjendra mengatakan, hari ini rupiah mungkin masih berkonsolidasi pada level sekitar Rp 15.600 an per dollar AS. Pelemahan masih mungkin terjadi ke arah Rp 15.700 per dollar AS, dengan potensi penguatan di support Rp 15.600 per dollar AS.

Melansir data RTI, pukul 9.11 WIB, IHSG berada pada level 6.804,52 atau naik 0,01 persen (0,42 poin) dibanding penutupan sebelumnya pada level 6.804,1.

Baca juga: Rupiah dan IHSG Melemah di Akhir Sesi


Ariston mengatakan, data CPI atau inflasi konsumen China tang baru saja dirilis menunjukkan deflasi untuk bulan Oktober. Pelaku pasar bisa mengasumsikan deflasi ini sebagai akibat penurunan permintaan dan menganggap bahwa terjadi pelambatan ekonomi China.

“Persepsi ini bisa memberikan tekanan ke rupiah dimana China merupakan partner dagang besar Indonesia,” kata Ariston.

Tapi di sisi lain, persepsi sebagian pelaku pasar yang masih melihat tidak ada kenaikan suku bunga AS lagi di rapat the Fed terakhir tahun ini di Desember, bisa mendukung penguatan rupiah terhadap dollar AS. Menurut survei CME FedWatch Tool terbaru, probabilitas the Fed akan menahan suku bubg acuannya di rapat Desember sebesar 93 persen.

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com