Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Food Estate" Jadi Sorotan, TKN Prabowo-Gibran: Mau Tanam di Mana Lagi?

Kompas.com - 19/12/2023, 14:46 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Megaproyek food estate atau lumbung pangan nasional menjadi sorotan dan menuai kritik dari berbagai pihak. Program yang berada di bawah koordinasi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto itu dinilai gagal dan justru berimbas negatif terhadap lingkungan.

Menanggapi anggapan tersebut, Dewan Pakar Tim Pemenangan (TPN) Pasangan Prabowo-Gibran, Dradjad Wibowo menilai, food estate merupakan opsi terbaik dari pilihan terburuk lainnya. Proyek yang dilaksanakan di Sumatera, Kalimantan, dan Papua itu disebut perlu untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.

Kebutuhan pangan dalam negeri disebut terus meningkat. Di sisi lain, lahan potensial yang bisa dijadikan lumbung pangan di Jawa kian menyusut.

Baca juga: Menyoal Contract Farming Solusi Pengganti Food Estate ala Anies Baswedan

"KIta mau nanam di mana lagi? Terus apa kita enggak harus nanam," ujar dia dalam acara diskusi yang digelar oleh Greenpeace Indonesia, di Jakarta, Selasa (19/12/2023).

Menurutnya, dengan semakin minimnya lahan pertanian di Jawa, memang terdapat opsi lain untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat, yakni melalui konsep city farming, yakni kegiatan budidaya tanaman di dalam wilayah kota besar atau kota kecil.

"Tapi seberapa besar potensi city farming?," katanya.

Baca juga: Pemerintah Genjot Produksi Food Estate Humbahas

Oleh karena itu, Dradjad menyebutkan, food estate merupakan pilihan terbaik dari pilihan yang ada saat ini. Megaproyek itu disebut perlu dilanjutkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nasional sekaligus mengatasi permasalahan keterbatasan lahan subur di Tanah Air.

"Food estate mungkin bukan solusi ideal, mungkin bukan yang terbaik, tapi yang terbaik dari pilihan terburuk lainnya," tutur dia.

Lebih lanjut ia bilang, apabila dalam pelaksanaan food estate terdapat fenomena gagal panen, hal itu tidak terlepas dari kurang suburnya lahan. Sehingga memang perlu dilakukan penanaman secara berulang.

"Mungkin perlu beberapa kali musim tanam," ucap dia.

Baca juga: Ini Saran Bapanas untuk Program Food Estate agar Lebih Efektif

Sebagai informasi, Greenpeace Indonesia menjadi salah satu pihak yang kerap mengkritik food estate. Proyek tersebut dinilai sebagai kegagalan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama para menteri terkait, sebab alih-alih menciptakan kemandirian pangan, sejauh ini food estate dinilai hanya menyebabkan krisis lingkungan.

"Kebijakan ini harus dikoreksi oleh pemerintahan mendatang. Para capres-cawapres yang berlaga di Pilpres 2024 tak boleh memalingkan muka dari situasi ini. Food estate sudah gagal dan harus dihentikan," ujar Ketua Tim Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Arie Rompas, dilansir dari laman resmi Greenpeace Indonesia.

Baca juga: Kementan Klaim Program Food Estate Berjalan Baik dan Memberi Dampak Positif

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com