Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KCIC Bakal Terapkan Skema Tarif Dinamis untuk Tiket Kereta Cepat Whoosh

Kompas.com - 26/01/2024, 11:00 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) akan segera menerapkan skema tarif dinamis (dynamic pricing) untuk tiket kereta cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh.

Direktur Utama KCIC Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan, pihaknya saat ini tengah menggodok skema dynamic pricing.

Meski penerapannya akan dilakukan dalam waktu dekat, namun dia tidak mengungkapkan waktu pasti penerapannya. Yang jelas, skema dynamic pricing ini akan diterapkan tahun ini.

"Baru mau (diterapkan). Segera, pokoknya segera diumumin dalam waktu dekat," ujarnya dalam saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (25/1/2024).

Baca juga: Anggota DPR Kerap Gunakan Whoosh, Sehari Bisa 2-3 Kali

Dia menjelaskan, dengan skema dynamic pricing ini besaran harga tiket kereta cepat Whoosh ditentukan dari sedikit dan banyaknya permintaan. Jika volume penumpang tinggi maka harga tiket akan lebih mahal dibandingkan dengan harga tiket ketika volume penumpang sedikit.

Meskipun ketika low hours harga tiket Whoosh lebih murah, namun dia memastikan pelayanan yang diterima penumpang ketika low hours akan tetap sama ketika peak hours.

"Jadi benar-benar kita ikuti pola perjalanan, pola permintaannya. Kita sebagai operator harus tahu polanya seperti itu, kapan kita terapkan tarif tinggi, kapan kita terapkan tarif rendah. Yang penting pelayanannya maksimal," ucapnya.

Dia menyebut, KCIC saat ini sudah dapat memetakan pada pukul berapa volume penumpang Whoosh tinggi (peak hours) dan pukul berapa volume penumpangnya sedikit (low hours).

Baca juga: Kereta Cepat Whoosh Diisukan Sepi Penumpang, Bos KCIC: Wajar Bukan Peak Season

Berdasarkan hasil pengamatan KCIC sejak kereta cepat diresmikan pada 2 Oktober 2023, periode peak hours di Stasiun Halim terjadi pada pagi hari hingga pukul 3 sore dan low hours terjadi setelah pukul 3 sore hingga malam hari.

Sebaliknya, periode peak hours di Stasiun Tegalluar terjadi pada pukul 12 siang hingga malam hari sedangkan low hoursnya terjadi pada pagi hingga pukul 12 siang.

"Kita enggak ngomong tarif normal, enggak ngomong tarif promo. Pokoknya kapan kita ada demand yang tinggi kita kasih tarif tinggi, kapan ada demand yang rendah kita kasih tarif yang rendah. Kita menyesuaikan pola permintaan dan pola perilaku konsumen," jelasnya.

Dia mengungkapkan, skema dynamic pricing ini bukan sesuatu yang baru di sektor jasa dan transportasi. Skema serupa juga diterapkan pada penentuan harga tiket kereta api jarak jauh, pesawat, hingga sewa hotel.

"Biasa itu nanti sudah di semua jasa begitu. Itulah yang ada di dalam industri jasa, lihat saja hotel. Hotel A hari ini pas pesen Rp 1 juta, hari besok begitu tiba-tiba ada event bisa aja Rp 1,5 juta. Pesawat juga sama," tuturnya.

Baca juga: Whoosh Bikin Permintaan Rumah di Bandung dan Sekitarnya Melesat


Sebagai informasi, saat ini harga tiket kereta cepat Whoosh dibedakan berdasarkan kelas pelayanan dan hari kerja atau akhir pekan.

Mengutip aplikasi Whoosh, harga tiket kereta cepat Whoosh rute Halim-Tegalluar untuk keberangkatan Senin (29/1/2024) yaitu kelas premium ekonomi sebesar Rp 200.000, kelas bisnis sebesar Rp 450.000, dan first class sebesar Rp 600.000.

Sementara untuk keberangkatan saat akhir pekan seperti Jumat-Minggu (26-28/1/2024), harga tiket kereta cepat Whoosh untuk kelas bisnis dan first class tetap sama namun untuk kelas premium ekonomi menjadi sebesar Rp 250.000.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

Whats New
Allianz Syariah Tawarkan Asuransi Persiapan Warisan Keluarga Muda, Simak Manfaatnya

Allianz Syariah Tawarkan Asuransi Persiapan Warisan Keluarga Muda, Simak Manfaatnya

Whats New
Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Whats New
TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Earn Smart
Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Whats New
3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

Whats New
Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Whats New
Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Work Smart
IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

Whats New
Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Whats New
Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

Whats New
Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

Whats New
BI: Biaya Merchant QRIS 0,3 Persen Tidak Boleh Dibebankan ke Konsumen

BI: Biaya Merchant QRIS 0,3 Persen Tidak Boleh Dibebankan ke Konsumen

Whats New
Pemerintahan Baru Bakal Hadapi 'PR' Risiko Impor dan Subsidi Energi

Pemerintahan Baru Bakal Hadapi 'PR' Risiko Impor dan Subsidi Energi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com