Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wasiaturrahma
Guru Besar di FEB Universitas Airlangga

Pengamat Moneter dan Perbankan, Aktif menulis beberapa buku, Nara sumber di Radio dan Telivisi ,seminar nasional dan internasional juga sebagai peneliti

Agenda Besar Indonesia Emas 2045

Kompas.com - 27/01/2024, 16:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

INDONESIA sampai saat ini bisa dibilang sebagai negara yang masih berada dalam masa transisi. Bahkan kini, sudah seperempat abad sejak peralihan dari era otoriter ke demokrasi, dan dari masa krisis ekonomi menuju era pertumbuhan.

Semua yang kita alami sungguh dinamikanya luar biasa.

Merujuk pada informasi dari berbagai lembaga dunia dan proyeksi ekonomi dari pakar lokal maupun internasional, berbagai perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi di Indonesia saat ini akan menjadi fondasi bagi kemajuan pada 2045.

Agenda pembangunan ekonomi besar itu harus dilakukan dengan hati-hati, karena ini menyangkut masalah ketahanan pangan, hilirisasi, sampe ke masalah reformasi struktural sektor riil dan sektor finansial.

Semua harus dibuat perencanaan konkret dan by design yang baik, tidak boleh serampangan agar stabilitas tetap terjaga.

Negara manapun membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang stabil, resilient dan berkelanjutan untuk bisa naik kelas dari Middle Income menjadi Upper Income.

Pertumbuhan ekonomi stabil, resilient dan sustainable membutuhkan kualitas sumber daya manusia unggul, stabilitas sosial dan politik, institusi yang inklusif serta faktor sosial budaya yang mendukung.

Selain kondisi stabil untuk menjadi Upper Income Class dibutuhkan sufficient condition lainnya, yaitu inovasi teknologi, infrastruktur yang baik, perdagangan internasional yang aktif, kebijakan ekonomi efektif dan prudent.

Inovasi dan teknologi dapat meningkatkan produktivitas, sementara infrastruktur yang baik memfasilitasi pertumbuhan ekonomi.

Keterlibatan dalam perdagangan internasional membantu meningkatkan pendapatan ekspor, dan kebijakan ekonomi efektif sehingga dapat mendukung stabilitas ekonomi yang diinginkan.

Dalam Visi Indonesia 2045 dan juga Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2025-2045 (RPJPN), pemerintah berharap Indonesia akan memiliki pendapatan per kapita rata-rata sekitar 32.000 dollar AS pada 2045.

Selain itu, pemerintah juga memiliki tujuan mengurangi ketimpangan dan memberantas kemiskinan.

Namun, seperti di banyak ekonomi berkembang lainnya, Indonesia menghadapi tantangan dalam mencapai target-target tersebut.

Indonesia disebut mengalami gejala “Deindustrialisasi Prematur”. Kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB terus menurun dari 22 persen pada 2010 menjadi 21 persen pada 2022. Ini setelah kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB mencapai puncaknya pada 2002 (31,9 persen).

Selain itu, pertumbuhan sektor manufaktur lebih rendah dari rata-rata nasional sejak 2005. Ini mengindikasikan semakin berkurangnya peran sektor manufaktur sebagai mesin pertumbuhan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com