Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Beras Tinggi, Akankah HET Direvisi ?

Kompas.com - 12/02/2024, 16:39 WIB
Elsa Catriana,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi memastikan meski harga beras masih tinggi, pemerintah masih belum berencana merevisi atau mencabut harga acuan tertinggi (HET) beras.

Menurut dia, penyebab permasalahan harga beras tinggi terletak pada minimnya produksi beras. Sementara HET digunakan sebagai instrumen pengontrol harga beras di masyarakat.

“Kalau HET diubah, padahal ini terletak pada produksi yang minim hingga Maret nanti, akan membuat impact yang lebih besar dan HET itu sebagai kontrol kita. Sehingga kalau direvisi enggak tepat sekarang,” ujar Arief saat ditemui media di Pusat Induk Beras Cipinang, Jakarta, Senin (12/2/2024).

Baca juga: Bapanas Janji Beras Tak Langka Lagi di Toko Ritel Modern Pekan Ini

Kemudian ihwal permintaan dari Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) agar pemerintah mau memberikan relaksasi HET hingga sementara waktu, Arief bilang, masih belum bisa dilakukan.

Hanya saja nantinya pemerintah akan meminta Bulog menurunkan harga beras yang dilepas ke ritel. Selain itu, Arief juga meminta peritel agar rela berkorban mendapatkan keuntungan sedikit dari biasanya, dari penjualan beras.

“Ini demi merah putih jadi enggak apa-apalah ritel potong sedikit marginnya sementara Bulog agak kita turunkan sedikit ke ritel,” jelasnya.

Sementara itu mengutip dari data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga beras hari ini, sudah menyentuh Rp 14.200 per kilogram (kg) untuk jenis beras kualitas bawah I, beras kualitas bawah II menyentuh Rp 13.400, beras kualitas medium I menyentuh Rp 14.850 per kg, dan beras medium menyentuh Rp 15.750 pr kg.

Sebelumnya, pengusaha ritel meminta agar pemerintah bisa mencabut ataupun merelaksasi HET untuk sementara waktu.

Ketua Aprindo Roy Mandey menjelaskan, hal itu lantaran ada sebagian pengusaha ritel yang memilih untuk berhenti memesan beras dari produsen beras lantaran harganya yang semakin tinggi jauh di atas HET yang ditetapkan pemerintah. Dia menyebutkan, untuk beras premium saja sudah dibanderol Rp 16.000 sementara HET beras premium Rp 13.900.

Baca juga: Harga Beras di Peritel Tinggi dan Stok Mulai Kosong, Akankah Kasus Minyak Goreng Terjadi Lagi?

Belum lagi di sisi lain, para produsen beras mengeluhkan stok beras yang diolah mulai berkurang

“Sudah sepekan ini beras itu berangsur kurang. Kemudian kita Purchasing Order (PO) atau kita pesan ke produsen eh malah harganya tinggi,” ujar Roy saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (10/2/2024)

“Sementara kalau peritel membeli harga tinggi dan harus melepas sesuai HET ke konsumen, peritel rugi kan, siapa yang mau nombok. Jadi memang ada yang memilih untuk menyetop pembelian atau pemesan beras dari produsen beras sehingga suplai di ritel memang sedikit atau kosong,” sambungnya.

Dia menjelaskan, apabila HET ini tidak dicabut atau direlaksasi, ritel tidak akan mau membeli lagi dari produsen karena tak mau rugi.

Baca juga: Pedagang Pasar Keluhkan Harga Beras Mahal dan Sulit Didapat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com