JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM) menerapkan strategi bisnis di tengah tren kenaikan suku bunga.
Direktur Utama Bank Jatim Busrul Iman mengatakan, kenaikan suku bunga acuan BI 7-day Repo Rate bukan hal yang sulit diatasi bagi Bank Jatim, mengingat kinerja rasio kredit bermasalah atau NPL dan rasio pinjaman terhadap simpanan atau LDR perusahaan sepanjang kurtal I 2024 cukup baik.
“Kita harus mapping ke dalam dulu, baru kita kaji untuk ke depannya karena LDR kita kan sudah bagus, outstanding kita juga tumbuh. NPL kami juga masih terjaga, dan ini kan situasi positif bagi kami,” kata Busrul, di Jakarta, Senin (29/4/2024).
Baca juga: Bank Jatim Cetak Laba Rp 310 Miliar pada Kuartal I-2024
Dia mengatakan, di tengah kecenderungan suku bunga tinggi, Bank Jatim juga menerapkan beberapa strategi untuk mempertahankan kinerja positif.
“Di tengah kecenderungan bunga tinggi kami menerapkan strategi bagaimana memperbesar Non Interest Income (NII). Caranya, dengan meningkatkan pertumbuhan outstanding kami,” lanjut dia.
Busrul menambahkan, kenaikan suku bunga acuan mendorong pihaknya untuk lebih selektif dalam memilih debitur. Ini dilakukan sebagai upaya memitigasi kenaikan NPL.
Di sisi lain, perusahaan juga memastikan dana murah atau CASA yang mayoritas didukung oleh platform digital. Pihaknya juta fokus dalam menekan biaya-biaya non bunga.
Baca juga: Bank Jatim Tebar Dividen Rp 816,9 Miliar, Cek Jadwalnya
CKPN (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai) juga menjadi perhatian. Menurut Busrul, di tengah peningkatan biaya tenaga kerja, tentu harus diiringi dengan produktifitas.
“Kalau ini semua berjalan, profit kami bisa tumbuh lebih baik lagi,” tegasnya.