JAKARTA, KOMPAS.com – Keberagaman, kesetaraan, dan inklusivitas dalam bingkai meritokrasi merupakan nilai-nilai yang perlu dipegang teguh perusahaan agar terus berkembang. Hal ini pula yang dilakukan PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna) selama 111 tahun terakhir.
Presiden Direktur Sampoerna Ivan Cahyadi mengatakan bahwa keberagaman latar belakang, gender, ras, dan lainnya telah menjadi hal mutlak di Sampoerna.
Menurutnya, perusahaan yang berdiri pada 1913 itu dapat bertahan selama lebih dari satu abad karena memiliki talenta yang beragam latar belakang sehingga bisa memecahkan masalah yang juga beragam. Berkat nilai-nilai itu, Sampoerna mampu menghadapi berbagai dinamika yang terjadi.
"Kami percaya, setiap individu berhak mendapatkan kesempatan yang adil, tanpa memandang gender, ras, agama, atau latar belakang lainnya " ujarnya saat berbincang dengan rekan media di Jakarta, Selasa (14/5/2024).
Ivan menjabarkan, merujuk pada Laporan Keberlanjutan 2023 Sampoerna, persentase perempuan yang mengisi jabatan direktur dan kepala bagian mencapai 46,03 persen. Angka ini naik dari posisi 39,06 persen pada 2022. Sampoerna, katanya, memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk menempati posisi strategis.
Baca juga: Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia
Hal itu sejalan dengan Falsafah Tiga Tangan perusahaan yang mewakili penciptaan nilai bagi para pemangku kepentingan utama, salah satunya karyawan. Sampoerna berkomitmen untuk terus menciptakan tempat kerja yang inklusif dan beragam sehingga semua karyawan merasa dihargai dan dihormati.
Ivan melanjutkan, salah satu contoh dan bukti penerapan prinsip keberagaman, kesetaraan, dan inklusivitas yang berada dalam bingkai semangat meritokrasi adalah perjalanan kariernya yang dirintis dari bawah hingga menjadi pucuk pimpinan Sampoerna.
"Saya bukan siapa-siapa, bukan dari kalangan mana-mana. Saya meniti karier dari bawah. Keberagaman di Sampoerna itu mutlak. Perusahaan bisa bertahan 111 tahun karena selalu punya orang tepat yang datang dari keberagaman dan kesetaraan," paparnya.
Sekadar catatan, Ivan memulai kariernya di Sampoerna pada 1996 sebagai Management Trainee. Perpindahan tugas ke beragam divisi dan berbagai pelatihan telah membantu lulusan Universitas Surabaya (Ubaya) itu secara bertahap dipercaya pada tugas-tugas besar hingga saat ini.
Ivan menjelaskan, Sampoerna juga menjadi tempat bagi talenta-talenta Philip Morris International (PMI) dari berbagai belahan dunia untuk mengembangkan diri. Saat ini, ada banyak talenta PMI yang berkesempatan melihat dari dekat proses bisnis dan praktik kesetaraan, keberagaman, dan inklusivitas di Tanah Air.
Pada saat bersamaan, talenta asal Indonesia juga berkarier di sejumlah afiliasi PMI di seluruh dunia. Menurutnya, Sampoerna membantu memberikan kesempatan dan kepercayaan untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya melalui job rotation dan pelatihan.
Ivan menyebut, salah satu talenta Sampoerna yang seangkatan dengan dirinya, yakni Mimi Kurniawan, saat ini dipercaya menjabat sebagai Chief Diversity Officer PMI. Hal itu, katanya, tidak terlepas dari keragaman dan kesetaraan di Sampoerna yang tumbuh seiring sejalan dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika.
Baca juga: Presdir Baru Sampoerna Ivan Cahyadi, Bukti Nyata Konsistensi Sampoerna Kembangkan SDM
Sebagai informasi, komitmen PMI sebagai induk Sampoerna dalam penerapan Diversity, Equity, and Inclusion (DEI) telah berbuah berbagai penghargaan. Sampoerna, misalnya, telah mempertahankan penghargaan EQUAL-SALARY sejak 2018 yang menjamin kesetaraan upah bagi pekerja laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan yang sama.
“Langkah-langkah ini menegaskan dedikasi kami dalam menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan adil bagi semua,” tegas Ivan.
Pada 2024, Sampoerna untuk ketiga kalinya dinobatkan sebagai salah satu LinkedIn Top Companies 2024. Penghargaan ini mempertimbangkan beberapa hal, seperti aspek perkembangan karier, peluang karyawan dipromosikan, dan penambahan keahlian baru.