Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bos BI Ramal Nilai Tukar Rupiah Menguat ke Rp 15.300 - Rp 15.700 pada 2025

Kompas.com - 04/06/2024, 19:00 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) memproyeksi, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS kian menguat ke depan. Perhitungan ini dibuat dengan mempertimbangkan berbagai sentimen positif terhadap kurs mata uang Garuda.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, apresiasi rupiah akan mulai terjadi pada tahun ini. Ia pun memproyeksi, nilai tukar rupiah berada pada kisaran Rp 15.700 hingga Rp 16.100 per dollar AS, hingga pengujung tahun 2024.

Proyeksi itu lebih baik dari proyeksi yang disampaikan oleh Perry sebelumnya. Pada pengujung April lalu, Perry memprediksi, hingga pengujung tahun ini apresiasi rupiah hanya akan mencapai Rp 15.800 per dollar AS.

"Kami memperkirakan nilai tukar pada tahun ini kisarannya 15.700 - 16.100," kata dia dalam Rapat Bersama Badan Anggaran DPR RI, di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (4/6/2024).

Baca juga: BI Yakin Penguatan Rupiah Terjadi Setelah Suku Bunga The Fed Turun

Apresiasi itu pun diyakini berlanjut hingga tahun depan. Perry bilang, nilai tukar rupiah diproyeksi berada di kisaran Rp 15.300 - Rp 15.700 per dollar AS pada tahun depan.

Salah satu sentimen positif yang akan mendongkrak nilai tukar rupiah, kata Perry, ialah arah suku bunga kebijakan bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed). Dalam berbagai perhitungan BI, suku bunga The Fed akan mulai turun pada tahun depan.

Dengan menurunnya tingkat suku bunga acuan The Fed, aliran modal asing diyakini kembali masuk ke pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini seiring dengan tingkat imbal hasil atau yield negara berkembang yang menjadi lebih menarik.

"Tahun depan kami melihat tren penguatan rupiah dengan adanya kejelasan penurunan Fed Fund Rate tahun depan, dan masuknya kembali aliran modal asing," ujar Perry.

Baca juga: Chatib Basri: Depresiasi Rupiah Hanya 2 Persen, Lebih Rendah dari Ringgit Malaysia

 


Lebih lanjut Perry bilang, bank sentral akan terus bersinergi dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk memastikan stabilitas nilai tukar rupiah ke depan.

Sinergi ini dilakukan untuk memastikan rupiah bergerak sesuai dengan nilai fundamentalnya.

"Kami perkirakan ke depan rupiah akan bergerak stabil dan menguat terutama dengan kenaikan BI Rate kemarin, premi risiko yang menurun, maupun prospek ekonomi yang baik, juga imbal hasil dan komitmen BI," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Rupiah Diramal Jatuh ke Rp 16.800 Per Dollar AS, Akankah BI Naikkah Suku Bunga?

Rupiah Diramal Jatuh ke Rp 16.800 Per Dollar AS, Akankah BI Naikkah Suku Bunga?

Whats New
Peluang Perawat Indonesia Bekerja di Belanda Terbuka Lebar

Peluang Perawat Indonesia Bekerja di Belanda Terbuka Lebar

Work Smart
Pertamina dan PLN Masuk 10 Besar Perusahaan Energi Terbesar Asia Tenggara 2024 Versi Fortune

Pertamina dan PLN Masuk 10 Besar Perusahaan Energi Terbesar Asia Tenggara 2024 Versi Fortune

Whats New
Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja hingga 30 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja hingga 30 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Cerita Tiarsih Bangun Kampung Rosella, Tingkatkan Ekonomi dari Komoditas Daerah

Cerita Tiarsih Bangun Kampung Rosella, Tingkatkan Ekonomi dari Komoditas Daerah

Smartpreneur
HUMI Bakal Bagikan Dividen Rp 18,04 Miliar

HUMI Bakal Bagikan Dividen Rp 18,04 Miliar

Whats New
Boeing Angkat Mantan Diplomat Australia Jadi Presiden Asia Tenggara

Boeing Angkat Mantan Diplomat Australia Jadi Presiden Asia Tenggara

Whats New
Holding BUMN Danareksa Bagi-bagi 212 Hewan Kurban ke 16.000 KK

Holding BUMN Danareksa Bagi-bagi 212 Hewan Kurban ke 16.000 KK

Whats New
Prudential Gandeng Mandiri Investasi, Luncurkan Subdana untuk Nasabah Standard Chartered

Prudential Gandeng Mandiri Investasi, Luncurkan Subdana untuk Nasabah Standard Chartered

Earn Smart
Pertamina Peringkat Ketiga Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara Versi Fortune 500

Pertamina Peringkat Ketiga Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara Versi Fortune 500

Whats New
Marak PHK di Industri Tekstil, Asosiasi: Ribuan Pekerja Belum Terima Pesangon

Marak PHK di Industri Tekstil, Asosiasi: Ribuan Pekerja Belum Terima Pesangon

Whats New
Daya Saing Indonesia Terbaik ke-27 Dunia, Ungguli Jepang dan Malaysia

Daya Saing Indonesia Terbaik ke-27 Dunia, Ungguli Jepang dan Malaysia

Whats New
10 Raja Terkaya di Dunia, Raja Inggris Tak Masuk Daftar

10 Raja Terkaya di Dunia, Raja Inggris Tak Masuk Daftar

Earn Smart
BPR Perlu Percepatan Digitalisasi untuk Hadapi Tantangan Global

BPR Perlu Percepatan Digitalisasi untuk Hadapi Tantangan Global

Whats New
Apakah Indonesia Mampu Ciptakan “Kemandirian Beras”?

Apakah Indonesia Mampu Ciptakan “Kemandirian Beras”?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com