KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Rizkiana Shadewi
HR Consultant/Konsultan SDM EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

Era Imajinasi

Kompas.com - 08/06/2024, 08:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

“Tidak pernah dalam hidup kita, kekuatan imajinasi begitu penting dalam menentukan masa depan kita.”

–Jim Loree

PANDEMI membuat manajemen krisis menjadi hal tak terhindarkan, bahkan seperti makanan sehari-hari. Istilah “zona nyaman” tampaknya sudah tidak relevan lagi. Kita sudah berada dalam modus bersiap-siap, bertahan, memahami, lalu mengelola perubahan. Kita dipaksa untuk pandai menjinakkan krisis.

Hanya perusahaan atau bahkan negara yang bisa menciptakan suasana, produk, dan cara hidup barulah yang bisa bertahan menghadapi perubahan drastis tersebut. Imajinasi yang tadinya kita anggap sebagai proses berpikir tambahan yang sifatnya fun, bertransformasi menjadi hal yang sangat penting.

Sayangnya, imajinasi bukan hal yang mudah untuk dikembangkan begitu saja. Apalagi bila kita berada di bawah tekanan.

Baca juga: Inspirasi

Dari perkembangan ekonomi, hanya 14 persen perusahaan yang sukses berkompetisi karena mampu berinvestasi di lahan yang tepat.

Apple, contohnya, merilis iPod pertama kali pada 2001. Gebrakan ini dilakukan saat ekonomi AS mengalami resesi yang berdampak anjloknya pendapatan perusahaan. Bukannya kapok, Apple malah melipatgandakan investasi dan mengubah portofolio produknya.

Dengan peluncuran iTunes Store pada 2003 dan iPod baru pada 2004, pertumbuhan Apple langsung melonjak. Ini membuktikan bahwa kekuatan imajinasi bisa mengalahkan segala pemikiran strategis yang konvensional.

Dengaan adanya kecerdasan buatan (AI) saat ini, kita harus mengakui bahwa kita sedang memasuki peradaban lain. Bila dahulu zaman agrikultur berevolusi menjadi industrial, lalu memasuki era informasi, sekarang kita sudah bergeser ke era imajinasi.

Rasional ke imajinatif

Kita telah berkenalan dengan big data yang memengaruhi kebutuhan masyarakat akan informasi akurat yang selalu didasarkan data. Proses utak-atik data bisa menjelaskan fakta-fakta penting yang menjadi dasar menyusun strategi dan mengambil keputusan.

Eileen Rachman.Dok EXPERD Eileen Rachman.
Pada era imajinasi, banyak pekerjaan analisis yang berdasar pengetahuan eksplisit sudah dipindahkan ke mesin. Dengan pengolahan yang semakin canggih, analisis dapat dilakukan dengan cepat oleh teknologi. Lalu, bagaimana kita meningkatkan daya saing kita?

Baca juga: Pekerjaan yang Bermutu

Di sinilah kapasitas imajinasi kita menjadi kunci untuk menciptakan economic value. Di tengah gempuran teknologi, nilai tambah pekerjaan yang dilakukan manusia terletak pada soft skills yang perannya sangat besar pada masa mendatang, seperti imajinasi, kreativitas, kapasitas emosi, dan kecerdasan sosial.

Imajinasi adalah proses esensial untuk menemukan solusi-solusi baru. Seseorang yang mampu berimajinasi dapat menciptakan dan mengembangkan gambar atau konsep tentang hal yang belum ada saat ini.

Berbeda dengan pemikiran rasional yang kita gunakan untuk menganalisis data atau obyek yang nyata, pemikiran imajinatif dapat digunakan ketika kita memikirkan sesuatu yang tidak ada di depan mata atau tidak masuk penginderaan kita.

Baca juga: Kekuasaan yang Adiksi

Di situlah kita perlu kemampuan untuk membentuk “representasi mental” dalam benak. Gambaran yang kita buat dalam pemikiran bisa berasal dari pengalaman masa lalu, atau bisa saja datang dari khayalan.

Imajinasi penting dalam pemecahan masalah. Kita tidak akan menemukan jalan keluar baru tanpa daya imajinasi yang kuat. Apalagi bila kita tidak menemukan jawaban atas masalah tertentu, saat sedang merencanakan masa depan, berempati dengan orang yang asing, atau merancang sesuatu yang baru.

Martin Reeves dan Jack Fuller menulis di Harvard Business Review tentang pentingnya imajinasi untuk menciptakan peluang baru dan menemukan cara baru yang mengarah pada pertumbuhan.

Mengembangkan daya imajinasi

Beberapa ahli menyarankan berbagai hal, seperti kebiasaan meluangkan waktu untuk berefleksi atau mengosongkan pikiran. Dalam keadaan terjepit atau saat menghadapi krisis, kita sering berpikiran jangka pendek dan melupakan masa depan.

Baca juga: Pemimpin Ambidextrous

Otak kita yang mengeluarkan hormon-hormon pemicu tindakan hit and run membuat sistem parasimpatik yang melakukan fungsi mencerna tidak efektif bekerja. Sistem saraf ini hanya bisa beristirahat bila kita dalam keadaan relaks.

Ketika relaks, seperti saat bermain, kita bisa berlatih berkreasi dan berimprovisasi. Ahli saraf Srini Pillay, dalam bukunya Tinker Dabble Doodle Try: Unlock the Power of the Unfocused Mind, mengatakan bahwa bekerja keras terus-menerus bukan jawaban untuk tetap kreatif. Apalagi dari pengalamannya, ia merasa bahwa belajar nonstop ketika berkuliah di fakultas kedokteran menyebabkan kelelahan fisik dan mental.

Ketika ia mulai memasukkan istirahat singkat, jalan-jalan pendek, dan meditasi ke dalam rutinitas belajarnya, hasilnya meningkat pesat dan pandangannya terhadap kehidupan membaik secara drastis.

Dari sisi pikiran, kita juga perlu mengasah rasa ingin tahu dan kepekaan melihat situasi eksternal yang tidak terduga. Ketika memahami hal yang tidak biasa, otak kita yang terbiasa mencari pola akan melakukan penyesuaian “representasi mental”. Proses ini akan memicu kita untuk memikirkan ulang apa yang sudah kita ketahui serta menemukan kemungkinan-kemungkinan berbeda yang dapat diterapkan.

Baca juga: Memasuki Tahun VUCA

Kita juga bisa mengasah mental untuk mengajukan pertanyaan aktif dan terbuka. Pertanyaan aktif akan memancing kreativitas dalam mengeksplorasi ide untuk menghadapi situasi tersebut.

Contoh pertanyaan aktif, bagaimana kita menciptakan sistem baru? Atau, apa pendekatan kepada pelanggan yang belum kita lakukan?

Dalam proses eksplorasi ide, perlu dibangun sistem untuk berbagi ide dan mengembangkan imajinasi kolektif organisasi. Oleh karena itu, perlu ada forum komunikasi terbuka bagi anggota tim dengan beragam latar belakang, untuk menyampaikan ide-ide tanpa rasa takut akan ditolak atau dihakimi. Proses ini akan semakin kuat dengan penerapan budaya kerja inklusif.

Baca juga: Portofolio Karier

Selain itu, para pemimpin perlu mendorong eksperimen di tempat kerja. Ide-ide yang kita miliki hanya bermanfaat jika diuji di dunia nyata. Menguji ide baru sering kali membuahkan hasil yang tidak terduga dan merangsang pemikiran serta inovasi lebih lanjut.

Contohnya, Ole Kirk Christiansen. Ia adalah seorang tukang kayu yang membuat perabot rumah tangga dan hampir bangkrut pada awal 1930-an saat terjadi Depresi Besar.

Situasi itu memaksanya untuk bereksperimen dengan mainan kayu. Ketika sumber kayu menipis selama tahun-tahun perang, ia bereksperimen lagi dengan memperkenalkan mainan plastik yang merupakan bahan baru pada saat itu. Inilah cikal bakal merek Lego yang terkenal sampai saat ini.

Baca juga: Persiapkan Pemimpin Muda Kita

Terakhir, pemimpin perlu membalut imajinasi dengan sikap optimisme. Dalam beberapa situasi, imajinasi akan memicu rasa tidak nyaman karena ada ketidakpastian tentang hasil yang akan diperoleh. Saat tidak yakin bahwa imajinasi akan berujung positif, seseorang akan memilih bersikap pasif sehingga hasil akhirnya pun tidak akan efektif.

Oleh karena itu, pemimpin wajib bertanya pada diri sendiri: apakah saya memberikan alasan kepada anggota tim untuk berharap, berimajinasi, dan berinovasi? Atau, apakah saya menggunakan bahasa pesimistis yang menurunkan kehendak tim untuk bereksplorasi?

 


Terkini Lainnya

Rupiah Diramal Jatuh ke Rp 16.800 Per Dollar AS, Akankah BI Naikkah Suku Bunga?

Rupiah Diramal Jatuh ke Rp 16.800 Per Dollar AS, Akankah BI Naikkah Suku Bunga?

Whats New
Peluang Perawat Indonesia Bekerja di Belanda Terbuka Lebar

Peluang Perawat Indonesia Bekerja di Belanda Terbuka Lebar

Work Smart
Pertamina dan PLN Masuk 10 Besar Perusahaan Energi Terbesar Asia Tenggara 2024 Versi Fortune

Pertamina dan PLN Masuk 10 Besar Perusahaan Energi Terbesar Asia Tenggara 2024 Versi Fortune

Whats New
Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja hingga 30 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Adaro Minerals Buka Lowongan Kerja hingga 30 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Cerita Tiarsih Bangun Kampung Rosella, Tingkatkan Ekonomi dari Komoditas Daerah

Cerita Tiarsih Bangun Kampung Rosella, Tingkatkan Ekonomi dari Komoditas Daerah

Smartpreneur
HUMI Bakal Bagikan Dividen Rp 18,04 Miliar

HUMI Bakal Bagikan Dividen Rp 18,04 Miliar

Whats New
Boeing Angkat Mantan Diplomat Australia Jadi Presiden Asia Tenggara

Boeing Angkat Mantan Diplomat Australia Jadi Presiden Asia Tenggara

Whats New
Holding BUMN Danareksa Bagi-bagi 212 Hewan Kurban ke 16.000 KK

Holding BUMN Danareksa Bagi-bagi 212 Hewan Kurban ke 16.000 KK

Whats New
Prudential Gandeng Mandiri Investasi, Luncurkan Subdana untuk Nasabah Standard Chartered

Prudential Gandeng Mandiri Investasi, Luncurkan Subdana untuk Nasabah Standard Chartered

Earn Smart
Pertamina Peringkat Ketiga Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara Versi Fortune 500

Pertamina Peringkat Ketiga Perusahaan Terbesar di Asia Tenggara Versi Fortune 500

Whats New
Marak PHK di Industri Tekstil, Asosiasi: Ribuan Pekerja Belum Terima Pesangon

Marak PHK di Industri Tekstil, Asosiasi: Ribuan Pekerja Belum Terima Pesangon

Whats New
Daya Saing Indonesia Terbaik ke-27 Dunia, Ungguli Jepang dan Malaysia

Daya Saing Indonesia Terbaik ke-27 Dunia, Ungguli Jepang dan Malaysia

Whats New
10 Raja Terkaya di Dunia, Raja Inggris Tak Masuk Daftar

10 Raja Terkaya di Dunia, Raja Inggris Tak Masuk Daftar

Earn Smart
BPR Perlu Percepatan Digitalisasi untuk Hadapi Tantangan Global

BPR Perlu Percepatan Digitalisasi untuk Hadapi Tantangan Global

Whats New
Apakah Indonesia Mampu Ciptakan “Kemandirian Beras”?

Apakah Indonesia Mampu Ciptakan “Kemandirian Beras”?

Whats New
komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com