Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Frangky Selamat
Dosen

Dosen Tetap Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Tarumanagara

Menguji Kekuatan Jenama Otomotif China

Kompas.com - 18/06/2024, 11:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MEMBANJIRNYA mobil listrik China di berbagai belahan dunia, mengundang reaksi sejumlah pemerintah di berbagai negara, terutama Amerika dan Eropa.

Mobil listrik China dengan teknologi terkini, fitur canggih, tetapi dengan tawaran harga sangat kompetitif, memukul keras sejumlah jenama (brand) otomotif lawas dan mapan.

Di Indonesia, jenama otomotif China mulai merebut hati dan kepercayaan konsumen, setelah sekian tahun lalu, publik dibuat skeptis dengan jenama otomotif China yang tidak berhasil memberikan keyakinan, baik secara produk maupun layanan. Kini persepsi itu perlahan berubah.

Peningkatan kualitas produk dan perbaikan layanan tengah terjadi. Generasi Y dan Z yang lebih muda, tampaknya mulai terbuka menerima jenama otomotif China dengan pendekatan yang lebih rasional ketimbang emosional.

Di Amerika Serikat, “rumahnya” Tesla, jenama mobil listrik terkemuka, pemerintah Amerika Serikat dengan desakan dari senat akan mengenakan tarif bea masuk hingga 100 persen pada produk mobil listrik China.

Dengan berbagai dalih, pengenaan tarif ini dianggap sebagai langkah proteksi Amerika Serikat atas industri otomotif setempat.

“Menyelamatkan” warga Amerika dan terutama ketersediaan lapangan kerja agar pabrikan dapat tetap menawarkan produk dengan harga “kompetitif”.

Sejatinya, jumlah mobil jenama China di jalan-jalan AS sangat rendah karena AS saat ini mengenakan tarif sebesar 27,5 persen. Cepat atau lambat mobil listrik dipercaya bakal menggantikan mobil konvensional.

Namun, menurut survei di Amerika Serikat, kepopuleran mobil listrik saat ini belum sebesar itu.

Studi menemukan bahwa hanya 34 persen orang Amerika yang bersedia untuk beralih menggunakan mobil listrik, lantaran kebijakan mobil listrik dianggap lebih populer karena politik.

Di balik kedigdayaan produk mobil listrik China, semua terjadi tidak secara kebetulan. Ada rancangan strategi dan program terukur, yang bila ditinjau dari aspek manajemen pemasaran dan produksi, yang ilmunya banyak diajarkan oleh para guru besar perguruan tinggi top, negeri Paman Sam.

Dari aspek strategi pemasaran, khususnya yang terkait positioning, menjadi nomor satu di dalam benak pelanggan adalah utama.

Namun sesuai pandangan pionir positioning, Al-Ries (1981) jika tidak mampu menjadi nomor satu, maka ciptakan kategori produk baru dan menjadi nomor satu di kategori tersebut, menjadi pijakan yang tepat.

Memang, jenama otomotif China tidak menciptakan kategori produk baru, tetapi memanfaatkan celah pasar yang belum banyak digarap produsen lain, dan kini menuju nomor satu di dalam benak konsumen mobil listrik dengan raihan penjualan terbesar di dunia.

Menjadi nomor satu dalam mesin konvensional atau internal combustion engine (ICE) rasanya tidak mungkin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com