Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Simak 7 Fakta Black Out Listrik DKI, Banten, dan Jabar

Menelisik lebih lanjut, banyak fakta-fakta menarik yang terjadi dalam peristiwa padamnya listrik.

Mulai penyebab padamnya listrik massal, kerugian masyarakat, permintaan kompensasi,  hingga kemarahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Simak beberapa fakta dari black out listrik PLN berikut ini:

1. Penyebab black out

Pemadaman listrik secara serentak hingga malam hari ini terjadi karena sistem di SUTET Ungaran-Pemalang black out. Black out-nya SUTET Ungaran-Pemalang membuat aliran listrik di dua sirkuit tersebut turun drastis, yang kerap disebut dengan istilah N minus 2.

Kemudian, turun drastisnya listrik juga memengaruhi sirkuit Depok-Tasikmalaya, sehingga kejadian ini disebut N minus 3. Artinya, terjadi gangguan listrik pada 3 SUTET secara bersamaan. Inilah yang menyebabkan pemadaman serentak terjadi.

"Dua sirkuit yang di atas ini gangguan, nah ketika gangguan mengarah ke N minus 3 tadi tegangan turun akhirnya sirkuitnya terlepas, dan terpisah sistem listrik antara Barat dan Timur. Inilah yang menyebabkan listrik di bagian Barat Mati sementara Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali menyala," jelas Direktur Pengadaan Strategis II PLN Djoko Raharjo Abumanan.

2. Pernah terjadi 22 tahun lalu

PT PLN (Persero) mengklaim pemadaman listrik karena sistem black out ini tidak sering terjadi. Menurut Djoko, blackout terakhir kali terjadi pada tahun 1997.

"Black out ini pernah terjadi tahun 1997. Itu pertama kali sistem black out Jawa-Bali," kata Djoko.

Sebenarnya, pemadaman listrik juga pernah terjadi pada September 2018. Namun, kejadian itu merupakan black out parsial dengan 1 wilayah terdampak, yakni wilayah Jawa Timur. Sementara black out yang terjadi kemarin, terdapat 3 wilayah terdampak secara serentak.

"September 2018 itu terjadi black out parsial di sistem di Jawa Timur. SUTET 500 KV juga. Jadi kalau dari kurun waktu sebenarnya kita tidak sering mengalami black out ini," ujar Djoko.

3. Dampak black out

Matinya listrik membuat netizen di jagat medsos bereaksi. Banyak yang mengeluh dan kesal karena lamanya pemadaman listrik. PLN dianggap tak becus dan tak belajar dari kesalahan.

Bagaimana tidak? Pasalnya kejadian ini pernah terjadi 22 tahun yang lalu, tepat pada tahun 1997. Pejabat PLN bukanlah orang yang mengerti listrik kemarin sore, tapi sudah menggeluti kelistrikan puluhan tahun.

Terlebih, matinya listrik hingga kurang lebih 8-18 jam membuat sistem lumpuh seketika, utamanya sistem berbasis digital. Moda transportasi umum seperti ojek online, KRL, dan MRT lumpuh total sejak listrik mati pukul 11.45 WIB.

Akibatnya, penumpang pun membludak di beberapa stasiun. Banyak yang duduk-duduk menunggu listrik menyala, berusaha mencari sinyal untuk memesan ojek online, bahkan tak jadi bepergian.

Tak hanya itu, matinya listrik juga membuat ekonomi terhambat. Sejak Minggu siang, banyak minimarket, UKM yang mengandalkan listrik dan pembayaran digital, restoran, dan pedagang pinggir jalan menutup usahanya.

Corporate Communication GM PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk Nur Rachman mengatakan, pihaknya kurang maksimal menghadapi kondisi tersebut karena tak ada pemberitahuan dari PLN.

"Seyogyanya PLN memberi peringatan atau pengumuman terlebih dahulu agar kami bisa mengupayakan cara tetap memberi pelayanan maksimal kepada konsumen," begitu ungkapan Nur Rachman, Corporate Communication GM PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk yang membawahi bisnis Alfamart.

Bahkan, pom bensin seperti Pertamina terlihat gelap di beberapa wilayah. Mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) perbankan yang sepenuhnya mengandalkan listrik tak bisa beroperasi. Warga yang tak membawa uang tunai ikut kelimpungan.

Gara-gara listrik mati kurang dari sehari, kerugian PLN mencapai Rp 90 miliar. Belum lagi kerugian bisnis lainnya yang mengandalkan pasokan listrik.

4. Tak ada kejelasan

Pihak PLN tak mampu memberikan penjelasan pasti kapan listrik kembali menyala. Mulanya, Plt Direktur Utama PLN Sripeni Inten Cahyani mengatakan listrik akan normal pada Minggu malam pukul 19.27 WIB bila aliran listrik dari Timur berjalan normal.

"Kira-kira mudah-mudahan kalau berjalan baik, sistem di Jawa Barat 3 jam dari pukul 16.27 WIB sudah normal kembali," kata Sripeni Inten Cahyani dalam konferensi pers di Gandul, Cinere, Minggu (4/8/2019).

Ditunggu-tunggu, listrik tak kunjung menyala meski sudah memasuki pukul 20.30 WIB walaupun sebagian wilayah sudah merasakan nyalanya listrik. Kemudian, PLN memastikan padamnya listrik tak akan sampai Minggu tengah malam.

Rupanya, banyak masyarakat yang mengeluh listrik kembali padam saat malam hingga pagi hari berikutnya. Bahkan, beberapa wilayah belum teraliri listrik hingga Senin pagi (5/8/2019).

Sripeni mengatakan, pihaknya tengah memaksimalkan pemulihan. Diperkirakan, hari Senin sekitar pukul 16.00 WIB listrik sudah normal 100 persen. Ternyata beberapa wilayah seperti sebagian Cibarusah masih saja belum teraliri listrik hingga menjelang pukul 18.00 WIB.

Namun per hari ini, Selasa (6/8/2019) listrik dinyatakan normal kembali 100 persen.

5. Berikan kompensasi

Sripeni mengatakan, pihaknya akan memberikan kompensasi kepada pelanggan yang terdampak pemandaman listrik pada Minggu (4/8/2019) hingga Senin (5/8/2019) sesuai UU yang berlaku.

Adapun besaran kompensasi masih dalam perhitungan PLN. Kompensasi juga diberikan saat semua listrik kembali normal.

Sementara itu, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan, PT Perusahaan Listrik Negara ( PLN) (Persero) akan memberikan kompensasi sebesar sekitar Rp 1 triliun. Ini berdasarkan hasil hitung-hitungan  manajemen PLN.

"Pelanggan yang terdampak dimungkinkan atau berhak dapat kompensasi," kata Rida.

6. Jokowi marah pakai kalimat "orang pintar"

Senin (5/8/2019) pagi, Presiden RI Joko Widodo terlihat tengah menyambangi Kantor Pusat PLN sekitar pukul 08.45 WIB. Ia didampingi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Menteri ESDM Ignasius Jonan.

Kedatangannya ke Kantor Pusat PLN tak lain untuk meminta penjelasan Plt Dirut PLN mengenai pemadaman listrik di Jabodetabek dan sebagian wilayah Pulau Jawa.

Namun, seusai mendapat penjelasan dari Pelaksana Tugas Direktur Utama PT PLN Sripeni Inten Cahyani, Jokowi terlihat marah menggunakan kalimat "orang pintar".

"Pertanyaan saya, Bapak, Ibu, semuanya kan orang pintar-pintar, apalagi urusan listrik dan sudah bertahun-tahun. Apakah tidak dihitung, apakah tidak dikalkukasi kalau akan ada kejadian-kejadian sehingga kita tahu sebelumnya. Kok tahu-tahu drop," kata dia.

Diksi "orang-orang pintar" yang digunakan Jokowi saat mengungkapkan emosinya menarik perhatian.

Ahli Bahasa dan Sastra Jawa dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Prof Sahid Teguh Widodo, menyebutkan, tindakan Jokowi mencerminkan budaya sebagai seorang Jawa.

“Jawa itu tempatnya hal-hal semu atau tidak jelas, tapi untuk keperluan yang sangat jelas. Artinya sesuatu yang jelas itu diumpamakan menggunakan kata-kata yang lain, yang sifatnya kadang malah justru indah, tapi sebenarnya untuk memukul,” kata Sahid.

Melihat diksi "orang-orang pintar" yang digunakan Jokowi, menurut Sahid, ada arti mendalam di baliknya.

“Dalam konsepsi Jawa Tradisional, ‘wong pinter’ itu, pertama, artinya orang yang sepuh (matang), orang yang ono babagan sak kabehe (segala sesuatu ada di dia). Dua, wong kang ngerti sak durunging winaras (mengetahui segala hal sebelum terjadi),” jelas Sahid

Artinya, orang pintar bisa membaca tanda-tanda sebelum terjadinya sesuatu sehingga dapat melakukan tindakan antisipatif untuk menghindari sesuatu yang fatal.

“Orang yang tidak pernah terlena, orang yang selalu eling lan waspodo (ingat dan waspada), tunduk, takluk, dan sami’na wa ato’na(mendengar dan patuh) dalam tugas-tugasnya,” tambah Sahid.

7. Kualitas udara Jakarta membaik

AirVisual mencatat Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta pada Senin (5/8/2019) pagi, sehari setelah listrik padam, kualitas udara Jakarta berada di urutan ke-21, setelah sebelumnya berada di posisi teratas dalam nominasi kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.

Kemudian pada Selasa (6/8/2019) hingga pukul 06.00 WIB, AirVisual mencatat Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta mencapai angka 67 yang termasuk dalam kategori sedang dengan konsentrasi partikulat (PM 2,5) sebesar 19,9 ug/meter kubik.

Angka polusi udara yang diukur tersebut menjadikan Jakarta untuk sementara berada di peringkat ke-26 kualitas udara di dunia.

Namun hingga saat ini, belum bisa dipastikan apakah pemadaman listrik yang terjadi kurang lebih 2 hari benar-benar mempengaruhi kualitas udara Jakarta atau sebaliknya.

https://money.kompas.com/read/2019/08/06/090300026/simak-7-fakta-black-out-listrik-dki-banten-dan-jabar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke