JAKARTA, KOMPAS.com - Pelemahan mata uang yuan China menjadi risiko baru bagi pasar global. Pasalnya, ini telah menjadi babak baru perang dagang antara dua ekonomi raksasa dunia Amerika Serikat (AS) dan China.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo menjelaskan, BI fokus memitigasi risiko yang dapat mengganggu ekonomi makro dan stabilitas keuangan domestik.
“Dalam beberapa tahun terakhir, kita telah melihat bahwa sumber tekanan pada pasar keuangan global tidak hanya berasal dari AS tetapi juga dari berbagai belahan dunia,” kata Dody kepada Kontan.co.id, Selasa (6/8/2019).
Risiko tekanan tersebut, lanjut Dody, antara lain berasal dari Eropa seperti krisis utang Yunani dan referendum Brexit, serta dari China terkait posisi mata uangnya (Chinese Yuan fixing).
Dody menegaskan, BI siap selalu mempertimbangkan berbagai risiko tersebut. Pertimbangan terhadap faktor risiko juga menjadi bekal BI menentukan arah kebijakan moneter ke depan.
“Risiko potensial, dari sumber mana pun, dihitung oleh BI dan akan dipertimbangkan dalam perumusan bauran kebijakan,” tuturnya.
Terkait pelemahan rupiah akibat sentimen negatif pasar, Dody mengatakan BI tetap berada di pasar untuk memastikan nilai rupiah tetap sejalan dengan fundamentalnya. Intervensi yang dilakukan BI meliputi intervensi di pasar spot, pasar SBN, maupun Domestic Non Delivery Forward (DNDF). (Grace Olivia)
Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: BI siap hadapi dampak potensial pelemahan yuan terhadap rupiah
https://money.kompas.com/read/2019/08/06/175000726/bi-siap-hadapi-dampak-potensial-pelemahan-yuan-terhadap-rupiah