Hal tersebut menambah kekhawatiran pelaku pasar terhadap pasar keuangan dalam negeri. Pasalnya, kondisi perekonomian saat ini juga dihadapkan pada isu global seperti masalah perang dagang antara Amerika Serikat dan China yang belum usai dan adanya hembusan isu pemakzulan Presiden AS Donald Trump.
"Gabungan antara isu global dan concern di domestik serta demontrasi dua hari ini masih terus berlangsung dan menimbulkan jittery (kegelisahan) di pasar finansial kita," ujar Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti di Jakarta, Rabu (25/9/2019).
Mengutip Bloomberg, di pasar spot, Selasa (24/9/2019), rupiah melemah 0,20 persen ke Rp 14.151 per dollar AS. Sementara pada kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah juga melemah 0,16 persen ke Rp 14.099 per dollar AS.
Namun demikian, Destry optimistis sebagai pasar yang sedang berkembang Indonesia masih menarik. Sebab, menurut dua imbal hasil atau return yang ditawarkan Indonesia menarik, juga kondisi fundental masig bagus.
"Kalau dilihat pertumbuhan ekonomi kita berada di 5 persen cukup strong dan ini akan sebabkan inflow cukup besar," ujar Destry.
Berdasarkan data BI, secara year to date aliran modal asing yang masuk ke Indonesia mencapai Rp 189 triliun atau 13,5 miliar dollar AS.
Destry mengatakan, saat ini BI tengah berupaya untuk menjaga stabilitas pasar uang, khususnya di pasar valas untuk membuat pertumbuhan ekonomi lebih berkelanjutan.
Pasalnya ke depan, tantangan dari perlambatan ekonomi global masih tinggi.
"Dalam 3 bulan terakhir stance BI clear kita mau easing policy dengan bauran kebijakan baik moneter dan markroprudensia atau pun sistem pembayaran yang slelau dikembangkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," ujar dia.
https://money.kompas.com/read/2019/09/25/163028126/bi-demo-masih-berlanjut-pasar-keuangan-gelisah